Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjadi sorotan masyarakat. Pemicunya, akibat acara pesta ulang tahun dirinya dan memicu kerumunan.
ADVERTISEMENT
Padahal pandemi COVID-19 belum berakhir. Berdasarkan video yang beredar di media sosial, pesta itu berlangsung di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (19/5).
Terlihat suasana pesta meriah dengan panggung musik, hiasan balon hingga lampu yang berwarna-warni. Jumlah tamu banyak, tak begitu menjaga jarak meski memakai masker.
Sekda Pemprov Jatim Heru Tjahjono merupakan orang yang menginisiasi pesta tersebut. Heru mengatakan, tujuan pesta itu untuk memberikan kejutan di hari ulang tahun Khofifah dan Emil Dardak yang hanya berjarak satu hari.
"Itu surprise, tidak ada kehendak Gubernur," kata Heru.
Heru menambahkan, acara itu dirancang oleh staf dan anak buah Khofifah sebagai bentuk terima kasih karena Khofifah selalu memperhatikan mereka. Semua kegiatan dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
"Sekda dan OPD, sudah diswab, kita rutin diswab seminggu 3-2 kali, karena swab sekarang berlaku 2 hari," tutur dia.
Meski Pemprov Jatim sudah memberikan penjelasan, Khofifah tetap menjadi sorotan masyarakat. Banyak pihak menyayangkan pesta itu.
Jokowi Diminta Beri Sanksi ke Khofifah
Ahli Wabah UI Pandu Riono mengatakan, acara itu tersebut tak mencontohkan teladan di masa pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
"Saya enggak tahu cara penyelesaian di antara pemerintah gimana. Karena kan gubernur satgas provinsi. Gimana menindak satgas provinsi?" kata Pandu.
"Jadi dari dulu kan saya bilang, Pak Presiden memimpin langsung upaya penanggulangan pandemi ini. Kalau Presiden kan dipilih rakyat, bisa menyikapi hal gini-gini. Kan bisa marahin gubernur," tambah dia.
Pandu menambahkan, Presiden Jokowi harus memberikan sanksi tegas kepada Khofifah. Apalagi, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya menekan penyebaran COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Padahal vaksin ini semua sudah disiapkan, begitu di lapangannya kendur. Jadi sanksi atau tindak tegas harus," kata Pandu.
Khofifah Harusnya Beri Teladan
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19, Dr. Sonny Harry B Harmadi, angkat bicara soal video pesta ulang tahun Khofifah Indar Parawansa.
Menurutnya, baik masyarakat maupun pejabat harus mendukung upaya penegakan prokes di masa pandemi.
"Kami sudah meminta Pemprov Jawa Timur untuk mengklarifikasi apa itu benar atau tidak, karena kan kejadian harus sesuai dengan pemberitaannya. Bu Khofifah sendiri juga sudah mengklarifikasi kan dalam keterangan persnya," kata Sonny.
"Yang paling penting harusnya kan baik itu di masyarakat umum maupun pejabat itu saling mendukung upaya menegakan prokes," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Sonny mengingatkan di masa pandemi yang belum berakhir ini, penerapan prokes harus menjadi yang utama. Semua pejabat publik harus lebih taat dengan prokes karena menjadi contoh bagi masyarakat luas.
Lebih lanjut, ia mengimbau hal-hal seperti ini harus lebih diwaspadai, karena pejabat publik adalah contoh teladan bagi masyarakat.
"Kami memang belum tahu persisnya, tapi kan kami percaya dengan klarifikasi yang diberikan oleh Pemprov Jawa Timur. Tapi intinya, semua orang, semua pihak, harus dukung upaya bersama lah untuk menjadi teladan bagi masyarakat. Sebisa mungkin menghindari acara yang menimbulkan kerumunan dan mematuhi prokes," ucap dia.
Dewan Pertimbangan IDI Ikut Kritik Khofifah
Ketua Dewan Pertimbangan PB IDI, Prof Dr dr Zubairi Djoerban,SpPD(K), ikut mengkritisi pesta ulang itu.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku bingung mengapa tamu undangan pesta tersebut menganggap enteng pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
"Saya baru lihat video kerumunan yang diduga acara ulang tahun seorang kepala daerah. Kok seolah-olah pandemi tidak berarti apa-apa ya bagi beberapa kelompok," kata Zubairi.
Zubairi juga heran kenapa harus ada konser yang membuat tamu tentu otomatis berkerumun.
"Saya makin tidak mengerti. Kenapa tidak digelar privat saja tanpa konser. Apalagi situasinya masih prihatin. Merenung," pungkas dia.