Teka-teki Terdamparnya Bangkai 2 Paus Sperma di Pesisir Selatan Bali

19 November 2020 8:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus sperma dengan berat sekitar 20 ton terdampar dan telah mati di Pantai Mertasari, Bali. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Paus sperma dengan berat sekitar 20 ton terdampar dan telah mati di Pantai Mertasari, Bali. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Para nelayan dan warga di pesisir selatan Bali dibuat heboh oleh penemuan bangkai 2 paus sperma selama 2 hari berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Bangkai paus yang pertama ditemukan pada Selasa (17/11) pagi oleh nelayan yang sedang melaut di sekitar Pantai Mertasari, Sanur, Kota Denpasar. Bangkai paus seberat 20 ton ditemukan mati terapung.
Para nelayan yang menemukan lalu melaporkannya kepada Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar.
Dari keterangan video yang diambil di dekat paus, BPSPL menemukan ada sejumlah luka pada tubuh paus tersebut. Namun belum bisa dipastikan apa penyebab kematian paus.
"Biasanya, kalau kejadian satu ekor mati seperti ini, kemungkinan besar akibat sakit atau karena pengaruh sonar, dia kan bergerak menggunakan sonar atau ketabrak. Tapi kalau dari ciri-ciri fisik yang kita temukan belum bisa kita duga penyebabnya adalah ketabrak atau dia gangguan sonar atau dia luka sakit," kata Kepala BPSPL Denpasar, Permana Yudiarso.
Paus sperma dengan berat sekitar 20 ton terdampar dan telah mati di Pantai Mertasari, Bali. Foto: Dok. Istimewa
Bangkai tersebut kemudian dihanyutkan di laut lepas lantaran sejumlah hotel di kawasan tersebut menolak bangkai paus dikubur.
ADVERTISEMENT
"Penolakan karena dikhawatirkan akan menimbulkan bau. Makanya didorong oleh petugas ke tengah laut," kata Permana.
Sehari kemudian, ditemukan lagi bangkai paus yang kedua. Kali ini di Pantai Mengiat, Kawasan ITDC, Nusa Dua, Kabupaten Badung.
Permana mengatakan bangkai paus yang kedua memiliki panjang 13,5 meter dan berat sekitar 27 ton. Kondisi bangkai telah membusuk dan rusak lantaran diperkirakan sudah mati 2 pekan yang lalu.
Ia menyatakan bangkai paus yang kedua tak dihanyutkan ke laut, melainkan dikubur di sekitar lokasi penemuan. Nampak untuk menguburkan bangkai paus diperlukan 2 buldozer.
Usai ditemukannya 2 bangkai paus secara berturut-turut, BPSPL langsung menyelidiki penyebabnya. Permana mengatakan, November adalah jadwal paus bermigrasi ke kawasan pantai bagian selatan Bali. Di kawasan pantai bagian selatan para paus ini mencari makan dan melahirkan.
Paus Sperma yang ditemukan terdampar di Pantai Bali. Foto: Dok. Istimewa
"Di selatan Bali dan di selatan Nusa Tenggara Barat, dan beberapa wilayah timur jalur mereka bermigrasi, keliling dunia mengikuti arus laut," kata Permana.
ADVERTISEMENT
Permana menuturkan, ada tiga dugaan sebab kematian paus, yakni sakit, gangguan sonar, atau tertabrak kapal. BPSPL akan mencari penyebab pasti kematian paus berdasarkan tiga faktor tersebut.
Permana menjelaskan dugaan sakit sulit diprediksi karena kondisi daging paus telah membusuk dan tidak bisa dibedah.
"Sementara ini upaya pencarian sebab kematiannya bersifat parsial dengan melihat bangkai dan faktor pemicu dia mati. Sementara bangkainya saat ini kondisi busuk tidak bisa kita bedah untuk melihat apakah sakit atau ada plastik di dalam tubuhnya," kata dia.
Selanjutnya, BPSPL akan mencari informasi keberadaan kapal Indonesia dan asing, serta kapal selam di pantai bagian selatan Bali. Aktivitas penggunaan gelombang seismik pada kapal akan ditelusuri. Gelombang seismik ini diduga menjadi sebab paus mengalami gangguan sonar dan menuju ke arah pantai.
Paus Sperma yang ditemukan terdampar di Pantai Bali. Foto: Dok. Istimewa
Menurut Permana, biasanya awak kapal wajib memberitahu aktivitas pelayaran di pantai sehingga bisa diberikan rekomendasi panduan berlayar. Kali ini, belum ada laporan dari kapal-kapal untuk menggunakan seismik.
ADVERTISEMENT
"Ini yang membuat kami belum mendapat jawabannya. Saat ini karena memang aneh ditemukan mati dalam waktu yang tak jauh berbeda. Kita lagi mencari informasi di selatan Bali itu apakah ada kegiatan di laut seperti kapal yang menggunakan eco sounder atau lagi melakukan aktivitas seismik untuk pengeboran minyak bumi. Ini lagi cari, belum terkonfirmasi," tutupnya.