Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Teluk Jakarta Tercemar Paracetamol, Industri Farmasi Diduga Salah Satu Penyebab
3 Oktober 2021 11:42 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menindaklanjuti hasil riset dari tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menyatakan bahwa terdapat kandungan Paracetamol berkonsentrasi cukup tinggi di Teluk Jakarta pada Sabtu (2/10).
ADVERTISEMENT
Saat ini, DLH DKI telah melakukan penelusuran secara langsung untuk pengambilan sampel air laut di empat titik, yaitu Dermaga Marina, Muara Ancol, Dermaga Angke, dan Muara Angke.
Juru Bicara Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan mengatakan bahwa pengambilan sampel dilakukan untuk mengetahui sumber pencemarannya, sehingga akan ada langkah yang diambil untuk menghentikan pencemaran tersebut.
“Melakukan pemantauan kualitas air laut secara rutin minimal per enam bulan sekali, berdasarkan 38 parameter yang baku mutunya diatur dalam PP 22/2021. Namun memang parameter kontaminan jenis Paracetamol ini tidak diatur secara khusus di sana,” kata Yogi dalam keterangannya, Minggu (3/10).
"Tapi kami berkomitmen untuk mendalami dan menelusuri sumber pencemarnya dan mengambil langkah untuk menghentikan pencemaran tersebut," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Yogi, berdasarkan hasil penelitian dari LIPI diketahui 3 sumber dari pencemaran zat dari paracetamol yang ada di teluk Jakarta. Salah satunya yakni diketahui dari industri farmasi.
“Bahwa secara teori sumber sisa paracetamol yang ada di perairan teluk Jakarta dapat berasal dari tiga sumber, yaitu ekresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi,” ungkap Yogi.
Lanjutnya, Yogi menjelaskan dikarenakan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter disinyalir memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan.
“Sedangkan sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat diakibatkan sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal, sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Terkait hal tersebut, Yogi belum bisa memastikan kapan akan memanggil industri farmasi terkait pencemaran zat paracetamol yang ada di teluk Jakarta.
“Baru kita coba telusuri sumbernya, masih memetakan sumbernya dulu,” pungkasnya.
Parasetamol merupakan salah satu kandungan yang berasal dari produk obat atau farmasi yang sangat banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia secara bebas tanpa resep dokter.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa parameter nutrisi seperti Amonia, Nitrat, dan total Fosfat, melebihi batas Baku Mutu Air Laut Indonesia. Selain itu, Parasetamol terdeteksi di dua situs, yakni muara sungai Angke (610 ng/L) dan muara sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L), keduanya di Teluk Jakarta. Konsentrasi Parasetamol yang cukup tinggi, meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan yang terkait dengan paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta.
ADVERTISEMENT