Tentara Korut yang Membelot ke Korsel Terjangkit Antraks

28 Desember 2017 17:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lencana tentara Korea Utara (Foto: Jason Lee/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Lencana tentara Korea Utara (Foto: Jason Lee/Reuters)
ADVERTISEMENT
Seorang tentara Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan pada awal tahun ini dilaporkan terjangkit virus antraks. Diagnosis ini muncul usai tim dokter Korsel melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap tentara tersebut.
ADVERTISEMENT
Adanya penyakit mematikan bersarang pada tubuh tentara yang namanya dirahasiakan ini membuat Korsel menduga tetangganya Korut sedang mengembangkan senjata biologi.
"Antibodi antraks ditemukan di dalam tubuh tentara Korut yang membelot awal tahun ini," sebut seorang dokter dari Korsel yang tidak mau disebutkan namanya, seperti dikutip dari Independent, Kamis (28/12).
Terkait penemuan tersebut, dugaan Korut mengembangkan senjata biologi yang sudah dilarang penggunaannya semakin kuat.
Sebelumnya, dari kesaksian pembelot itu, program pengembangan senjata biologi di Korut sudah ada sejak medio 1960-an. Tetapi, yang bersangkutan tidak begitu tahu kapan tepatnya.
Kementerian Pertahanan Korsel pada awal 2017 ini menyatakan, tentara Korut yang membelot itu bekerja di unit bio-kimia Militer. Satuan kerja yang diduga kuat menjadi salah satu pihak yang mengembangkan senjata biologi.
ADVERTISEMENT
Pada 2015 ketika pemerintah Korut mengumumkan pembentukan Institut Riset Teknologi Biologi Korea Utara, peneliti AS menduga peralatan yang berada di sana mrerupakan bagian operasi pengembangan senjata.
"Sangat sulit untuk menghindar dari kesimpulan institut itu ditujukan untuk memproduksi antraks secara berkelanjutan," kata ahli Korut di Pusat Riset James Martin, Melissa Hanham.
"Terlepas apakah peralatan itu dipergunakan membuat antraks sekarang ini, tapi kenyataannya semakin dekat," sambung dia.
Merespons tuduhan tersebut, Pemerintah Korut angkat bicara. Melalui kantor berita KCNA mereka menegaskan tuduhan itu tidak berdasar.