news-card-video
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Terangi Daerah Krisis Listrik, PLN Sewa 10 Kapal Pembangkit

6 Juni 2017 10:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kapal Pembangkit Onur Sultan di Medan (Foto: Dok. PLN)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Pembangkit Onur Sultan di Medan (Foto: Dok. PLN)
PT PLN bakal meningkatkan pasokan listrik dengan menyewa 10 kapal pembangkit listrik atau Marine Vessel Power Plant (MVPP) dari Turki.
ADVERTISEMENT
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PT PLN Persero, I Made Suprateka menyebutkan, rencananya penyewaan kapal itu akan dilakukan dalam 2 tahun ke depan. Hal ini adalah salah satu upaya perseroan untuk menggenjot rasio elektrifikasi yang ditargetkan mencapai 99 persen pada 2019.
"Kapal ini memang seperti di Sumatera Utara, karena permintaan di sana cukup tinggi, jadi butuh pasokan tambahan. Rencananya kapasitas kapal-kapal ini sekitar 100 MW," kata Made kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (6/6).
Namun, ia belum bisa menyebutkan di daerah mana saja kapal-kapal tersebut akan memasok listrik.
Kapal Pembangkit Onur Sultan di Medan (Foto: Dok. PLN)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Pembangkit Onur Sultan di Medan (Foto: Dok. PLN)
ADVERTISEMENT
Menurut Made, daerah-daerah yang masih krisis listrik yaitu Maluku Utara, Papua dan NTT. Sejumlah inisiatif sudah disiapkan PLN untuk melistriki daerah-daerah tersebut, di antaranya dengan temporary powerplant seperti MVPP, menarik jaringan transmisi, dan menggali potensi daerah seperti membangun PLTA kecil (micro hydro) atau solar panel.
"Rasio elektrifikasi di Papua itu mungkin tahun ini bisa 60 persen, Maluku Utara bisa di atas 50 persen, kalau NTT mungkin lebih baik, karena sudah ada kapal pembangkit juga yang didatangkan tahun ini," paparnya.
Untuk sewa kapal sendiri, ia juga belum bisa menyebutkan nilainya. Namun ia menjamin perseroan memiliki dana yang cukup untuk meningkatkan rasio elektrifikasi.
"Kecukupan modal kita tinggi, Rp 850 triliun lebih modal perusahaan. DER (Rasio utang terhadap modal) kita sekitar 40 persen, masih bagus, bahkan yang DER-nya 200 persen saja bank masih melihat itu bagus," ujar Made.
ADVERTISEMENT