Terawan Bicara di WHO: Ungkap Peran Luhut hingga 9 Kunci Penanganan Corona

7 November 2020 8:08 WIB
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengikuti rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengikuti rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, menjadi salah satu Menkes yang berkesempatan membeberkan strategi penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia di hadapan petinggi WHO. Salah satu petinggi yang hadir Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
ADVERTISEMENT
Indonesia diundang WHO usai dinilai sukses menyusun Intra-Action Review (IAR) atau Tinjauan Intra-Tindakan.
Dalam konferensi pers virtual yang berlangsung Jumat (6/11) kemarin dan dipusatkan di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss, Terawan berbicara tentang 9 pilar kunci hingga bagaimana penyusunan IAR berperan penting dalam penanganan corona di Indonesia.
Menkes Terawan saat berbicara soal IAR penanganan corona. Foto: WHO
Seperti apa pemaparan Terawan? Berikut kumparan merangkumnya.

9 Pilar Penanganan Corona

Terawan mengungkapkan dalam IAR yang disusun pemerintah Indonesia, setidaknya ada 9 pilar penting yang jadi kunci penanganan COVID-19 di Indonesia.
"IAR di Indonesia memiliki 9 pilar kunci dalam penanganan COVID-19 untuk meresponsnya," ucap Terawan.
Kesembilan pilar kunci yang dimaksud Terawan adalah:
1. Komando dan koordinasi
2. Komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat
ADVERTISEMENT
3. Pengawasan, tim respons cepat dan investigasi kasus
4. Titik masuk, perjalanan dan transportasi internasional
5. Laboratorium
6. Pengendalian infeksi
7. Manajemen kasus
8. Dukungan operasional dan logistik
9. Memelihara layanan dan sistem kesehatan esensial
Menurut Terawan, kesuksesan penyusunan IAR di Indonesia tidak terlepas dari peran semua stakeholder, yang turut berkontribusi dalam memperkuat proses pemantauan dan perencanaan penanganan pandemi corona.
"Sebagai hasilnya, rekomendasi IAR telah digunakan untuk merevisi perencanaan nasional dalam sektor kesehatan COVID-19, dan tingkat sub nasional untuk memperbarui platform mitra COVID-19," ungkap Terawan.

Sebut Peran Luhut dalam Pembuatan IAR

Menko Marves Luhut B. Pandjaitan sebagai Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Foto: Maritim.go.id
Dalam penyusunan IAR di Indonesia, Terawan tidak lupa menyebut nama Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan, sebagai kepala tim task force.
ADVERTISEMENT
"IAR adalah tindak lanjut rapat komite darurat yang diadakan Juli 2020. Ini bukan hal mudah untuk menjadi perwakilan 138 multi-sektoral stakeholder untuk mengadakan review penanganan COVID-19 di Indonesia," kata Terawan.
"Di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi dan arahan koordinasi dari Kepala Tim Task Force, Luhut Binsar Pandjaitan, yang mewakili pertemuan bersama menteri kesehatan," imbuhnya.
Luhut juga selama ini diketahui menjadi perwakilan pemerintah untuk memantau penanganan pandemi COVID-19, baik di tingkat nasional dan daerah, serta pertemuan dengan rumah sakit hingga asosiasi profesi.

Sepakat Tingkatkan Telemedicine

Menkes Terawan Agus Putranto saat mengikuti KTT ASEAN Virtual. Foto: Dok. Kemlu
Terawan juga sepakat dengan rekomendasi IAR untuk memperkuat telemedicine (konsultasi kesehatan jarak jauh/online) selama masa pandemi corona.
"IAR menyarankan memperkuat telemedicine untuk mencegah paparan COVID-19 dan mempertahankan layanan kesehatan penting, seperti imunisasi, (pengobatan) tuberkulosis, HIV, dan penyakit tidak menular lainnya sebagai bagian untuk memastikan layanan kesehatan esensial tetap berjalan," ujar Terawan.
ADVERTISEMENT
Ia menilai IAR bermanfaat untuk meningkatkan koordinasi antara pusat dengan daerah. Telemedicine juga bermanfaat meningkatkan tes corona, sebab bisa meminimalisir tertularnya tenaga kesehatan ketika konsultasi kesehatan dengan pasien.
"Ini juga memperkuat proses pemantauan secara berkala terhadap tanggapan indikator perencanaan, termasuk koordinasi surveillance dan laboratorium, demikian juga untuk meningkatkan contact tracing, testing, dan pelayanan di fasilitas kesehatan untuk memastikan pasien dan pekerja kesehatan tidak terpapar COVID-19," jelasnya.

Lantas, apa itu IAR yang kerap disebut oleh Terawan?

Indonesia jadi salah satu negara yang kemarin membeberkan penanganan corona di hadapan pejabat WHO, selain Thailand dan Afrika Selatan. Selain Uzbekistan yang turut diundang namun berhalangan hadir kemarin, negara-negara ini dianggap berhasil menyusun IAR.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: REUTERS/Denis Balibouse
Dalam periode 11-14 Agustus 2020, WHO mendukung Kementerian Kesehatan untuk melakukan IAR dalam rangka penanggulangan COVID-19 di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam situsnya, WHO menyebut IAR adalah tinjauan kualitatif multisektor komprehensif atas tindakan yang dilakukan sejauh ini dalam menanggapi keadaan darurat yang sedang berlangsung. Menurut mereka, ini adalah mekanisme yang berharga untuk mengidentifikasi celah dan peluang untuk pembelajaran dan peningkatan guna merespons wabah COVID-19 dengan lebih baik.
Ringkasnya, IAR adalah perencanaan yang disusun negara tertentu untuk menanggulangi pandemi corona.
"Alhamdulillah, Indonesia termasuk 3 negara yang berhasil merespons dan mengendalikan pandemi COVID-19," tutur Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Budi Hidayat kepada kumparan.
Namun, klaim Kemenkes bahwa Indonesia telah berhasil menangani pandemi corona disanggah epidemiolog atau ahli wabah Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono. Ia menilai Kemenkes telah salah membaca dan menafsirkan surat undangan tersebut. Sehingga, surat undangan WHO tak menyebut Indonesia sukses menangani corona.
Pandu Riono. Foto: Dok. Pandu Riono
"Kemenkes salah baca itu, itu Indonesia sukses melakukan review internal yang dilakukan sejak akhir Juli. Jadi evaluasi, identifikasi kekuatan, kelemahan, dan solusi yang harus dilakukan untuk perbaikan respons," ucap Pandu.
ADVERTISEMENT
Menurut Pandu, justru undangan WHO tersebut menunjukkan Indonesia belum sukses menangani pandemi corona. Namun bahasa yang digunakan dalam surat tersebut diplomatis agar tidak menyinggung.
"Itu bahasanya halus banget, bahasa diplomatis, tapi yang membaca enggak ngerti. Mungkin orang Kemenkes yang ngomong enggak ngerti IAR itu apa," tutup dia.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.