Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menekankan perlu waktu yang panjang untuk melakukan uji klinis suatu obat yang diklaim bisa menyembuhkan pasien positif virus corona.
ADVERTISEMENT
Dalan penjelasannya di rapat bersama Komisi IX, Terawan mengatakan, obat corona salah satunya dikembangkan Unair. Mereka mengembangkan gabungan dari berbagai macam jenis obat yang berbeda yang kemudian menjadi satu kesatuan.
"Jadi ini begitu dicampur jadi satu obat itu, harus melalui pengujian yang baik. Tidak ada yang salah, tapi perlu waktu (uji klinis) yang panjang," kata Terawan, Kamis (27/8).
Tak sampai di situ saja, menurut Terawan, dalam uji klinis juga harus mempertimbangkan efek samping dari obat tersebut. Apakah cukup berat atau ringan bagi pasien yang mengkonsumsinya.
"Karena menyangkut efek samping dan sebagainya. Ini kan uji klinisnya sedang jalan," ujarnya.
"Untuk orang sehat kan oke, tapi gimana ke orang gejala ringan, sedang, berat kan harus melalui tahapan-tahapan. Tapi kami apresiasi apa yang dibuat," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kepala BPOM Peny Lukito juga telah membeberkan beberapa koreksi terkait proses uji klinis obat itu. Yang pertama adalah soal kriteria sampling pasien yang diberikan obat.
"Ada penilaian dari inspeksi kami belum direspons dalam perbaikan. Jadi, status yang kami nilai masih belum valid. Ditemukan temuan kritis yang ada beberapa yang kaitannya dengan randomization atau (sampling) acak. Suatu research harus melakukan sistem acak sehingga merepresentasikan populasi obat itu diberikan, yakni masyarakat Indonesia," kata Penny, Rabu (19/8).
Menurut Penny, pasien yang dijadikan subjek penelitian Unair belum merepresentasikan randomization sesuai protokol dan sistem internasional. Padahal hal ini penting untuk menunjukkan validitas penelitian.
ADVERTISEMENT
"Kemudian ada OTG (orang tanpa gejala) yang diberikan obat, padahal menurut protokolnya tidak perlu diberikan obat. Kita harus mengarah ke pasien penyakit ringan, sedang, dan berat. Tentu dengan keterpilihan masing-masing," jelas dia.
----------------------------------
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona