Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Terdampak Tol, Makam Baru Mbah Kiai Kromo di Sleman Mulai Difondasi
8 November 2024 16:03 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Makam Kiai Kromo Ijoyo di Pedukuhan Ketingan, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, terdampak tol Yogya-Solo. Makam sarat sejarah itu—yang oleh warga kerap disebut makam keramat— akan segera dipindah.
ADVERTISEMENT
Proses relokasi pun dimulai dengan membersihkan lahan pengganti dan pembangunan fondasi.
"(Tahapan) tadi sugengan (slametan) untuk tanah penggantinya. Di lokasi penggantinya. Sekarang dilakukan clearing dan pemasangan fondasi," kata Humas Proyek Tol Jogja-Solo-YIA Wilayah DIY PT Adhi Karya, Agung Murhandjanto, dikonfirmasi, Jumat (8/11).
Lokasi baru ini tetap berada Pedukuhan Ketingan. Sementara pemindahan jenazah serta nisan masih menunggu instruksi Kraton Ngayogyakarta.
"100 meter persegi (total lahan penggantinya)," katanya.
"Tinggal nunggu hari baik, tunggu kraton untuk pemindahan," bebernya.
Suasana Makam
Pada Oktober 2023 lalu, kumparan sempat menilik makam tersebut. Gapura bertuliskan "Makam Kyai Kromo Ijoyo" menyambut pengunjung yang datang. Makam Kiai Kromo berada di dalam pagar tembok.
Di samping makam, proyek tol Yogya-Solo juga sudah tampak mulai berjalan.
ADVERTISEMENT
Kiai Kromo atau kerap disebut Mbah Kromo merupakan sosok yang dihormati di Ketingan. Dia adalah leluhur dan tokoh adat di situ.
Menurut kisah, Mbah Kromo merupakan penghuni pertama Ketingan. Dialah orang yang babat alas di Ketingan.
"Jadi Mbah Kromo Ijoyo itu sebetulnya kalau dari cerita, itu masanya masa Sultan HB VII. Katanya itu masih aliran dari kesultanan karena waktu itu kan zaman penjajah ngungsi dari keraton keluar dari Keraton Ngayogyakarta itu waktu itu cikal bakalnya di Ketingan," kata Lurah Tirtoadi, Mardiharto, saat ditemui di kantornya, Senin (16/10).
Mardiharto menjelaskan dari cerita yang beredar pula, Mbah Kromo juga disebut merupakan prajurit dari Pangeran Diponegoro.
"Katanya gitu, tapi itu kan itu cuma cerita. Cerita itu pas atau tidak atau ditambah-tambah saya tidak tahu," katanya Mardiharto yang juga masih trah Mbah Kromo.
Mbah Kromo sendiri mempunyai paraban atau julukan Mbah Celeng. Kata Mardiharto ini karena Mbah Kromo bungkuk di masa tuanya. Adapula kisah julukan itu karena Mbah Kromo rajin nyelengi atau menabung.
ADVERTISEMENT
Anak turun dari Mbah Kromo juga disebut bungkuk di masa tuanya.