Terima Dubes AS, Bamsoet Minta Ketegangan di Natuna Jadi Perhatian

20 Januari 2020 22:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin (20/1/20). Foto: Dok. MPR RI
zoom-in-whitePerbesar
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin (20/1/20). Foto: Dok. MPR RI
ADVERTISEMENT
Ketua MPR Bambang Soesatyo bertemu dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph Donovan di ruang kerjanya hari ini, Senin (20/1). Dalam kesempatan itu, ia mengajak pemerintah AS untuk menjaga situasi dan kondusivitas keamanan di berbagai belahan dunia.
ADVERTISEMENT
Bamsoet mengingatkan pada perhelatan Asian Games 2018 lalu di Jakarta, Korea Selatan dan Korea Utara sudah bisa bersatu lewat bendera Unifikasi Korea. Langkah ini tentunya mendapat sambutan baik dari berbagai negara, terutama AS.
Maka dari itu, Bamsoet meminta pemerintah AS bisa memberikan perhatian yang sama dengan konflik perairan Natuna, yang mesti berhadapan dengan pemerintah China.
"Tak hanya di Asia Timur, ketegangan yang beberapa waktu lalu terjadi di Asia Tenggara terkait sikap China, yang tak menghormati keputusan UNCLOS 1982 di Laut Natuna juga perlu mendapat perhatian serius dari Amerika, yang memiliki Hak Veto di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB," ungkap Bamsoet dalam keterangannya.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin (20/1/20). Foto: Dok. MPR RI
"Sikap Amerika Serikat yang menghormati kedaulatan Indonesia seharusnya juga dicontoh China. Ketidakpatuhan China terhadap hukum UNCLOS 1982 yang membuat ketegangan antara China dengan Indonesia di Laut Natuna, maupun China dengan Malaysia, Filipina, dan juga Vietnam, di masing-masing perairan mereka, tak boleh dibiarkan karena bisa membuat preseden buruk di kemudian hari," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, meski Indonesia-AS memiliki perbedaan pandangan terkait situasi geopolitik internasional, seperti di Iran dan Palestina, namun ia yakin hal ini tak sampai mengganggu hubungan baik dua negara ini.
Bamsoet berharap AS tetap membuka ruang dialog dengan Indonesia, dengan mencari solusi terbaik dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin (20/1/20). Foto: Dok. MPR RI
"Karena itu, terkait kondisi di Iran yang akhir-akhir ini sedang menegang, kita harapkan baik Iran dan Amerika bisa saling menahan diri. Demi menjaga situasi Timur Tengah tetap kondusif, dan menghindari kemungkinan terjadinya perang terbuka," kata Bamsoet.
Mantan Ketua DPR itu juga mengapresiasi kesepakatan AS dengan China demi meredam ketegangan perang dagang yang juga ikut mempengaruhi Indonesia.
"Akibat semakin tegangnya Amerika - China selama lebih kurang dua tahun ini, menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi global lebih dari 0,5 persen. Karena itu, kesepakatan tersebut membawa angin segar bagi berbagai negara. Semakin kondusifnya perekonomian global, juga akan membawa keuntungan bagi Indonesia," tuturnya.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin (20/1/20). Foto: Dok. MPR RI
Seiring mulai meredamnya ketegangan perang dagang AS-China, Bamsoet lalu mengundang AS untuk meningkatkan investasinya di Indonesia. Khususnya melalui US International Development Finance Corporation (DFC), yang memiliki dana pembangunan kerja sama ekonomi dengan negara berkembang sebesar USD 60 miliar (sekitar Rp 828 triliun).
ADVERTISEMENT
"Sepanjang 2013-2017, nilai investasi Amerika di Indonesia mencapai USD 36 milliar. Melalui DFC serta berbagai instrumen kerjasama investasi lainnya, kita harapkan nilainya bisa ditingkatkan lagi mencapai USD 60 milyar," ujar dia.
"Tren perdagangan Indonesia dengan Amerika sepanjang Januari - September 2019 ini juga bergerak positif, dengan surplus di Indonesia mencapai USD 6,88 miliar. Nilai ini tak boleh turun di kemudian hari, bahkan harus lebih meningkat lagi," pungkasnya.