Terima Pengungsi Kulit Putih Afsel, Trump Tuai Kritik

14 Mei 2025 11:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Pengungsi dari Afrika Selatan tiba di Bandara Internasional Dulles di Dulles, Virginia, pada hari Senin, 12 Mei 2025. Foto: AP/Julia Demaree Nikhinson
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi dari Afrika Selatan tiba di Bandara Internasional Dulles di Dulles, Virginia, pada hari Senin, 12 Mei 2025. Foto: AP/Julia Demaree Nikhinson
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) pada Senin (12/5) menyambut 59 orang kulit putih Afrika Selatan sebagai pengungsi. Keputusan menerima Afrikaner (keturunan pemukim Belanda dan Prancis yang tiba di Afrika Selatan pada abad ke-17 dan 18 --red) menuai kritik karena Presiden Donald Trump berusaha memperketat masuknya imigran di negaranya.
ADVERTISEMENT
Kedatangan Afrikaner, termasuk balita dan anak-anak kecil, disambut oleh dua pejabat AS di hanggar bandara di luar Washington. Mereka kemudian akan melanjutkan perjalanan menuju berbagai tujuan di AS.
"Saya ingin anda semua tahu bahwa kalian sangat diterima di sini dan kami menghargai apa yang telah kalian hadapi selama beberapa tahun terakhir ini," kata Wamenlu Christopher Landau, dikutip dari AP, Rabu (14/5).
Landau mengatakan, mereka yang tiba di AS diancam akan diserang di rumah dan lahan pertanian mereka, dan kurangnya minat atau keberhasilan pemerintah dalam melakukan apa pun untuk mengatasi situasi di sana.
Menurut Landau, mereka yang tiba di Washington telah memenuhi standar pemeriksaan yang ketat, termasuk kemampuan beradaptasi dengan budaya AS. Namun, kritikus menyebut mereka tidak diperiksa dengan benar.
ADVERTISEMENT
Menurut Kedutaan Besar AS di Afrika Selatan, mereka yang ingin datang sebagai pengungsi haruslah Afrikaner atau anggota kelompok minoritas, dan harus bisa menunjukkan riwayat atau rasa takut terhadap persekusi.

Afrika Selatan Bantah Tuduhan Trump

Presiden Donald Trump tiba dengan Air Force One di Pangkalan Gabungan Andrews, Maryland, Minggu (4/5/2025). Foto: Manuel Balce Ceneta/AP Photo
Presiden Donald Trump sebelumnya mengatakan bahwa dia menerima Afrikaner sebagai pengungsi karena genosida yang terjadi di sana. Menurutnya, pascaapartheid di Afrika Selatan, petani kulit putih dibunuh dan dia berencana untuk mengangkat isu ini dengan pemimpin Afrika Selatan pekan depan.
Tuduhan Trump itu dibantah oleh pemerintah Afrika Selatan, para ahli, dan bahkan kelompok Afrikaner 'AfriForum'. Pemerintah Afrika Selatan mengatakan, tuduhan AS bahwa kelompok minoritas Afrikaner dipersekusi sepenuhnya salah, merupakan misinformasi dan pandangan yang tidak akurat terhadap negara itu. Mereka mengatakan, faktanya Afrikaner adalah salah satu orang terkaya dan paling sukses di Afrika Selatan.
ADVERTISEMENT
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan telah berbicara dengan Trump baru-baru ini. Ia mengatakan kepada Trump bahwa pemerintahannya dicekoki informasi yang salah oleh kelompok yang menganggap orang kulit putih sebagai korban karena upaya memperbaiki kesalahan sejarah kolonialisme dan sistem apartheid Afrika Selatan di masa lalu yang memaksa pemisahan ras, yang menindas mayoritas kulit hitam.
"Saya berbicara dengan Presiden Trump lewat telepon dan dia bertanya, 'Apa yang terjadi di sana?' dan saya bilang bahwa apa yang dikatakan orang-orang yang menentang transformasi di Afrika Selatan itu tidak benar," kata Ramaphosa di konferensi bisnis di Pantai Gading.
Pengungsi dari Afrika Selatan tiba di Bandara Internasional Dulles di Dulles, Virginia, pada hari Senin, 12 Mei 2025. Foto: AP/Julia Demaree Nikhinson
Angka kejahatan dengan kekerasan di Afrika Selatan sangat tinggi dan petani kulit putih dibunuh di komunitas pedesaan Afrikaner. Ini menjadi masalah selama satu dekade. Pemerintah mengecam pembunuhan, tapi menyebut hal itu bagian masalah kejahatan di sana.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada data yang mendukung adanya penganiayaan terhadap warga kulit putih Afrika Selatan atau Afrikaner kulit putih, khususnya yang berprofesi sebagai petani," kata Menlu Afrika Selatan Ronald Lamola.
"Petani kulit putih terdampak kejahatan seperti warga Afrika Selatan lain yang terdampak. Jadi ini tidak berdasarkan fakta, tidak ada dasarnya," lanjutnya.

Siapa Itu Afrikaner?

Pengungsi dari Afrika Selatan tiba di Bandara Internasional Dulles di Dulles, Virginia, pada hari Senin, 12 Mei 2025. Foto: AP/Julia Demaree Nikhinson
Afrikaner merupakan kelompok kulit putih terbesar di Afrika Selatan dan merupakan pemimpin pemerintahan apartheid, yang secara brutal memaksa pemisahan ras selama hampir 50 tahun yang berakhir pada 1994.
Afrikaner merupakan keturunan pemukim Belanda dan Prancis. Jumlahnya sekitar 2,7 juta di antara populasi Afrika Selatan yang berjumlah 62% -- 80% adalah kulit putih.
Meski Afrika Selatan telah sukses merekonsiliasi ras-ras di sana, ketegangan antara partai politik kulit hitam dan sejumlah kelompok Afrikaner masih berlanjut.
ADVERTISEMENT
Trump menuduh tanah milik warga kulit putih Afrika Selatan diambil pemerintah di bawah undang-undang perampasan baru yang mempromosikan perampasan properti yang diskriminatif secara rasial. Faktanya, tidak ada tanah yang dirampas.
Sementara pada 2018, Trump menuduh bahwa petani kulit putih di Afrika Selatan dibunuh dalam skala besar.
Kaum konservatif juga terus mempromosikan tuduhan genosida terhadap petani kulit putih di Afrika Selatan. Sekutu Trump yang lahir di Afrika Selatan, Elon Musk, bahkan mengunggah di media sosial bahwa sejumlah politisi di Afrika Selatan secara aktif mempromosikan genosida kulit putih.