Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Menkopolhukam Mahfud MD menerima kunjungan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Saidurrahman, Rabu (20/11). Sejumlah tokoh agama Sumut juga ikut dalam pertemuan tertutup tersebut.
ADVERTISEMENT
Usai pertemuan, Saidurrahman mengatakan, agenda utama kali ini adalah membahas terorisme dan radikalisme. Ia menegaskan komitmen rektor UIN seluruh Indonesia untuk melawan khilafah dan paham radikal yang bertentangan dengan Pancasila.
"Saya sebagai Rektor UIN Sumut dan juga dan kawan-kawan rektor UIN se-Indonesia memastikan bahwa Pancasila itu harga mati. Tidak ada cerita khilafah, dan tak ada dasarnya. NKRI itu adalah hasil ijtima ulama dari Sabang sampai Merauke," ujar Saidurrahman saat ditemui di kantor Menkopolhukam, Rabu (20/11).
Untuk mencegah penyimpangan ajaran agama, Saidurrahman menuturkan, pihaknya akan mendidik elemen kampus untuk merangkul keberagaman. Ini dilakukan untuk mencegah paham radikal yang dibungkus ajaran agama.
"Jadi kita harus memastikan bahwa ajaran agama kita adalah agama yang rahmatan lil alamin, agama yang moderat, yang bisa merangkul semua keragaman," ungkap Saidurrahman.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan yang sama, tokoh agama Sumut, Tuan Guru Batak, menanggapi teror bom di Mapolrestabes Medan beberapa waktu lalu. Menurutnya, peran masyarakat sangat penting untuk mencegah kekerasan dan kebencian di Indonesia.
"[Ini merupakan] warning bagi kita, seluruh tokoh-tokoh agama secara khusus, harus benar-benar sampai ke akar rumput, memastikan di setiap daerah tak ada ajaran-ajaran yang menyimpang," ucap Tuan Guru Batak.
Senada, Romo Antonius Benny Susetyo menilai gerakan teror di Sumut adalah tindakan sekelompok orang yang tercuci otaknya dengan ajaran radikal. Sehingga, saat beraksi, mereka tak berpikir panjang akan dampaknya.
"Jadi ideologi kematian itu menyesatkan orang, sehingga orang seolah-olah mendapatkan hal yang sakral dan suci. Padahal orang itu hanya diperalat untuk kepentingan politik sesaat," kata Romo Benny.
ADVERTISEMENT
"(Aksi) Ini tidak mengenal agama, karena terorisme itu adalah ideologi kematian yang dibangun dari sentimen kebencian, dan dibangun dari sebuah paradigma bahwa mereka menganggap itu jalan yang suci. Jadi kita harus mampu membangun kembali humanisme, kemanusiaan yang utuh," tuturnya.