Terjadi Lagi Tragedi Taruna Tewas, Apa yang Salah dengan STIP Jakarta?

11 Januari 2017 10:28 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gedung STIP Jakarta. (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Seorang taruna STIP Jakarta, Amirullah Adityas Putra tewas dikeroyok 4 orang seniornya. Kejadian ini bukan peristiwa pertama. Setidaknya ada 5 kasus serupa dengan jumlah korban tewas 3 orang dari tahun 2008 hingga kini. Apa yang salah dengan STIP Jakarta?
ADVERTISEMENT
Dilihat dari track record-nya, kampus ini sebenarnya mempunyai reputasi baik dari sgi kualitas pendidikan. Sejumlah kerjasama internasional dan lahirnya pelaut-pelaut andal menjadi buktinya.
STIP Jakarta adalah salah satu perguruan tinggi kedinasan di Indonesia di bawah naungan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia yang dahulu dikenal dengan nama Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) atau Pendidikan dan Latihan Ahli Pelayaran (PLAP) Jakarta.
Letak kampus STIP Jakarta saat ini berada di Jalan Marunda Makmur Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara berada di dekat situs cagar budaya rumah Si Pitung dan Pantai Marunda, Cilincing.
STIP Jakarta berdiri sejak tahun 1953 dengan nama Akademi Ilmu Pelayaran (AIP). Saat itu program yang dibuka Program Diploma III dengan 2 jurusan antara lain, Nautika dan Teknika.
ADVERTISEMENT
Pemandangan lapangan STIP Jakarta (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Pada tanggal 27 februari 1957 AIP diresmikan oleh Presiden Pertama RI Ir. Soekarno. Lokasi kampus saat itu berada di Jl. Gunung Sahari, Mangga Dua Ancol, Jakarta Utara.
Pada tahun 1962 AIP menyelenggarakan kerjasama dengan Akademi Pelayaran Amerika yaitu Kings Point untuk kelas khusus. Sejak didirikan, AIP sebenarnya memilki reputasi yang baik sebagai Pusat pendidikan Pelayaran.
Pada tahun 1974 sampai dengan 1984 AIP berhasil menyelenggarakan pertukaran pelajar dengan Tanzania, Malaysia dan Bangladesh.
Pada tahun 1964 Akademi Ilmu Pelayaran Niaga dan Akademi Telekomunikasi dilebur menjadi Akademi Ilmu Pelayaran. sehingga AIP mendapat lisensi untuk melaksanakan 4 program studi: Nautika, Teknika, Ketatalaksanaan dan Kepelabuhanan (KTK) dan Elektronika & Telekomunikasi.
Pada tahun 1983 Akademi Ilmu Pelayaran berubah nama menjadi Pendidikan dan Latihan Ahli Pelayaran (PLAP) dan diberikan lisensi untuk melaksanakan program Strata A, Strata B dan Strata C dengan 4 jurusan: Nautika, Teknika, Telekomunikasi Pelayaran dan Ketatalaksanaan dan Kepelabuhanan (KTK).
ADVERTISEMENT
Pelaku pengeroyokan di STIP Clincing (Foto: Istmewa)
Pada tahun 1998 Institut diberi lisensi untuk menyelenggarakan DIklat Familiarization. Materi-materi pelatihan yang diberikan antara lain, Basic Safety Training, Proficiency in Survival Craft and Rescue Boat, Advance Fire Fighting, Tanker Familiarization, Oil Tanker, Liquified Gas Tanker, Chemical Tanker, GOC-GMDSS, Medical First Aid Training, Medical Care Training dan Radar /ARPA Training.
Pada bulan maret 2000 Pendidikan dan Latihan Ahli Pelayaran (PLAP) berubah status menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP). Dengan struktur organisasi baru, STIP menambah program hingga jenjang S3.
STIP Jakarta baru pindah ke wilayah Marunda pada bulan April 2002.
Namun, reputasi yang baik itu juga beriringan dengan rekor kekerasan sesama tarunanya. Penganiayaan yang dilakukan senior kepada juniornya kerap mencoreng nama baik sekolah.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2008 hingga kini tercatat ada 5 kasus penganiayaan yang mengemuka. Akibat kasus tersebut 4 orang nyawa taruna junior melayang sia-sia.
Untuk kasus Amirullah, 4 orang taruna yang mengeroyoknya dipastikan akan dinonaktifkan statusnya oleh Kementerian Perhubungan. Hukuman penjara pun menanti.
Korban pengeroyokan STIP Jakarta (Foto: Dok. Istimewa)
"Jelas dipecat, di sini sudah ada aturan kalau terbukti secara sah dan meyakinkan memukul langsung diberhentikan tidak ada alasan lain, selama ini sudah dilakukan," kata Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan Kementrian Perhubungan Wahjoe Satrio Utomo saat dihubungi kumparan, Rabu (11/1).
Amirullah tewas dikeroyok pada Selasa (10/1) pukul 22.30 WIB usai kegiatan drum band. Amirullah dipukul dengan tangan kosong secara bergantian oleh para seniornya itu hingga akhirya dia ambruk. Dia sempat mendapat pertolongan namun pada akhirnya nyawanya tidak tertolong.
ADVERTISEMENT