Terjadi Pengeroyokan Sesama Mahasiswa RI di Mesir: 1 Orang Luka Lebam, NU Kecam

22 Juli 2023 20:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengeroyokan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengeroyokan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kekerasan premanisme terjadi antara sesama mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir. Pengeroyokan bahkan terjadi hingga dua kali.
ADVERTISEMENT
Peristiwa yang pertama terjadi pada 9 Juli 2023 usai korban bermain bola di Nadi Gamaleya. Sementara yang kedua ialah pada 12 Juli 2023 di daerah Mansouriyah.
Korbannya berinisial F (19) yang merupakan mahasiswa asal Kudus, Jawa Tengah. Sementara pelaku ditaksir berjumlah 15 orang.
Ikatan Keluarga Alumni Nahdlatul Ulama Indonesia (IKANU) mengecam peristiwa ini. Sebab, korban pengeroyokan yang diidentifikasi berinisial F (19) merupakan kader Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir.
Menurut Sekjen IKANU, KH Anis Masduqi, F telah dianiaya oleh sedikitnya 15 orang yang diduga oknum anggota KKS. Anis Masduqi menyebut tindakan oknum mahasiswa tersebut tidak sesuai dengan napas dan ruh Al-Azhar Mesir.
Pengeroyokan pada 12 Juli itu terjadi di kediaman korban. Para pelaku merusak rumah korban dan perusakan fasilitas juga terjadi di kantor sekretariat mahasiswa Jawa Tengah dan Yogyakarta. Imbas dari kekerasan tersebut, korban mengalami trauma dan luka lebam di sekujur tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Adapun berdasarkan keterangan Anis, pengeroyokan yang menimpa F bukanlah kali pertama. Sebelumnya, pada 9 Juli 2023 korban sempat dianiaya seusai bermain sepak bola di Nadi Gameleya — tetapi tidak ada sanksi apa pun yang dijatuhkan.
Atas serangkaian insiden tersebut, Anis pun menyatakan kecaman keras.
“Kenyataan terkutuk yang sangat disayangkan semua pihak, tindakan rendah, bodoh, hina, dan kontraproduktif, serta mengkhianati garis ajaran yang diperjuangkan Universitas Al-Azhar sebagai almamater,” kata dia dikutip dari situs NU Online, Sabtu (22/7).
Pihak IKANU kemudian menyerukan kepada otoritas terkait untuk menelusuri aksi kekerasan terhadap kadernya. Serta meminta Duta Besar RI untuk Mesir agar dapat memberikan perlindungan hukum terhadap korban.
Pihaknya juga mendorong Duta Besar RI untuk Mesir beserta jajarannya agar dapat mengambil langkah-langkah strategis dan antisipatif, sehingga kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
ADVERTISEMENT

Respons KBRI Kairo

Dalam keterangannya, KBRI Kairo prihatin atas terjadinya aksi kekerasan fisik dan verbal pascaturnamen futsal Cordoba Cup itu. Menurut KBRI, peristiwa tersebut melibatkan oknum pelajar/mahasiswa Indonesia dari berbagai kekeluargaan, termasuk dari KSW (Kelompok Studi Walisongo, asal Jateng dan DIY) dan KKS (Kerukunan Keluarga Sulawesi) di daerah Gamaleya, Kairo, Mesir.
Namun, tidak dijelaskan lebih lanjut peristiwa dalam turnamen futsal yang disinggung KBRI tersebut.
"KBRI Kairo telah menyampaikan kecaman keras atas tindakan kekerasan yang telah terjadi dalam segala bentuknya dengan alasan apa pun," bunyi pernyataan itu.
Atas dasar inilah, KBRI Kairo mengemukakan dua langkah yang hendak dilakukan demi mencari jalan keluar konflik — melalui musyawarah dan jalur hukum.
ADVERTISEMENT
Untuk jalur musyawarah, KBRI Kairo siap untuk menemui berbagai pihak termasuk organisasi Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir demi menjaga kondusivitas di lingkungan para pelajar, yang saat ini berjumlah sekitar lebih dari 13 ribu orang di sana.
Mahasiswa Indonesia di Budapest, Hungaria. Foto: ashwarin/Shutterstock
KBRI Kairo pun bersedia mempertemukan perwakilan pihak korban dan pelaku dari masing-masing organisasi (KKS dan KSW) bersama perwakilan PPMI agar terwujudnya suatu kesepakatan damai.
Namun, mengingat bahwa kesepakatan ini tidak memberikan efek jera bagi pelaku dalam upaya memutus rantai premanisme, KBRI menilai penting untuk tetap mempertimbangkan jalur hukum.
KBRI Kairo mengungkapkan telah mendampingi korban saat melaporkan kekerasan itu ke pihak kepolisian Mesir di TKP pada Jumat (14/7). Polisi mengaku bersedia memproses laporan korban dan menjabarkan proses hukum yang harus ditempuh terlapor dan pelapor dalam proses penyelidikan.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk langkah pencegahan agar kekerasan serupa tidak terjadi di masa mendatang sekaligus memberikan efek jera bagi pelaku, KBRI Kairo telah bekerja sama dengan National Security (NS) di Mesir. Lembaga itu berperan sebagai pemangku kewenangan dalam menangani masalah berkaitan hukum warga negara asing.
"Selain itu, KBRI Kairo siap mendampingi pelaporan pihak korban kepada pihak Al-Azhar untuk ditindaklanjuti sesuai mekanisme dan aturan yang berlaku di lingkungan lembaga pendidikan Al-Azhar," jelasnya.