Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Terletak di Pelosok Hutan Aceh, Makam Pahlawan Cut Meutia Tak Terurus
7 November 2018 16:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB

ADVERTISEMENT
Kondisi makam pahlawan nasional Cut Nyak Meutia yang berada kawasan pelosok hutan Aceh Utara begitu menyedihkan. Kondisi makam pahlawan yang terkenal dengan nama Cut Meutia ini tampak tak terurus bahkan hingga kini belum ada akses jalan yang bagus untuk dilalui peziarah.
ADVERTISEMENT
Untuk menuju ke makam Cut Meutia di kawasan hutan lindung Gunung Lipeh, Ujung Krueng Kereuto, Pirak Timur, Aceh Utara, harus melewati sungai dan naik turun bukit.
Tak ada akses jalan yang bagus, peziarah harus rela berjalan kaki selama 12 jam, sebab tidak ada jalan yang bisa ditembus dengan kendaraan.

Kondisi jalan kerap berlumpur ketika hujan mengguyur. Namun untuk menuju ke sana peziarah masih bisa melewati rute dari Desa Alue Bungkoh, Kecamatan Pirak Timur. Untuk tiba ke makam, jarak yang harus ditempuh dari desa tersebut sekitar 5 jam berjalan kaki.
“Akses jalan ke makam tidak bisa dilewati oleh masyarakat umum, sangat terisolir. Begitu juga dengan kondisi makam tidak terawat. Padahal beliau merupakan pahlawan nasional,” kata Kamaruddin, salah seorang peziarah, kepada kumparan, Rabu (7/11).

Kamaruddin mengatakan, sepekan yang lalu ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Muda Wali. Pemuda itu bersama pemuda lainnya dari Kecamatan Pirak Timur menggerakkan aksi untuk memperbaiki akses jalan menuju ke makam Cut Meutia secara swadaya.
ADVERTISEMENT
“Proses perbaikan saya liat baru sekitar 30 persen. Kondisi saat ini memang sangat memprihatinkan sekali,” ujarnya.
Menurut Kamaruddin, sejak 2009 lalu sudah pernah dibangun jalan untuk menuju makam. Namun, sayangnya tak sampai setahun jalan tersebut sudah rusak. Oleh karena itu, para pemuda Kecamatan Pirak Timur tengah berusaha mencari cara akses jalan untuk bisa dibuka.
“Mereka telah mendapat pinjaman alat berat dari Dinas Kebersihan Aceh Utara. Namun masih terkedala harus mengisi bahan bakar untuk menjalankan eskavator tersebut,” sebut Kamaruddin.

Saat berdiskusi dengan para pemuda, Kamaruddin mengatakan, dibutuhkan minyak 3.500 liter untuk membuat aspal. Dan yang baru tersedia hasil sumbangan sebanyak 700 liter.
“Sisanya mereka belum tahu akan diperoleh dari mana, berharap ada bantuan yang terus mengalir demi untuk memperbaiki jalan dan menjaga makam pahlawan tersebut,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, untuk proses perbaikan jalan yang perlu diperbaiki sepanjang 21 kilometer, terhitung dari ujung desa Alue Rimee, Kecamatan Pirak Timur atau kampung terdekat menuju makam Cut Meutia.

Sementara itu, Muda Wali mengatakan, makam Cut Meutia telah dipugar pada 2011. Ketika itu, dia harus memangggul semen dan keramik di atas bahu. Atas jasanya itu Dinas Sosial Aceh Sosial memberinya SK sebagai penjaga makam dan upah Rp 600 ribu per bulan.
“Kondisi makam yang sangat tak layak, tidak seperti makam-makam pahlawan yang lain. Di situlah saya punya keinginan mengurus dan ingin membangkitkan sejarah beliau, agar para penziarah bisa lancar dalam perjalanan,” kata Muda Wali.

Cut Nyak Meutia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964. Gelar pahlawan dianugerahkan atas jasanya mengangkat senjata melawan Belanda pada tahun 1900-an. Atas jasanya pula, Cut Meutia yang gugur dalam pertempyran di Alue Kurieng, Aceh, pada 24 Oktober 1910, diabadikan dalam pecahan uang kertas Rp 1.000 pada tahun 2016.
ADVERTISEMENT