Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak pernah mencicipi Coca-Cola. Minuman ringan berkarbonasi ini dapat dikonsumsi hampir di seluruh negara di dunia. Hampir? Iya, ada dua negara di dunia yang tidak bisa dimasuki Coca-Cola.
ADVERTISEMENT
Dua negara itu adalah Kuba dan Korea Utara. Coca-Cola tidak bisa memasuki pasar kedua negara itu lantaran terganjal sanksi ekonomi Amerika Serikat. Tapi ternyata, warga Korut masih bisa menikmati minuman paling terkenal di dunia ini.
Diberitakan Associated Press (AP), Rabu (19/4), Coca-Cola bisa masuk ke Korut melalui China. Pembotolan dilakukan di pabrik China kemudian dikirim melalui perbatasan ke Korut. Itulah sebabnya di Pyongyang, Coca-Cola dengan kemasan berbahasa Mandarin bisa ditemui di tempat tertentu.
Biasanya minuman ini dijual dengan harga mahal di toko-toko permukiman elite di Pyongyang. Coca-Cola juga bisa ditemui di hotel-hotel internasional di ibu kota Korut itu, biasa dibeli oleh wisatawan asing, pengusaha atau kebanyakan turis China. Yang langka ditemui di sini adalah Pepsi.
ADVERTISEMENT
Namun jika tidak jeli, konsumen bisa tertipu. Pasalnya banyak Coca-Cola palsu beredar di Korut. Sekilas sangat mirip, mulai dari botol hingga label khas berwarna putih-merah. Tapi pembotolannya sangat buruk, tutupnya kadang bocor atau sulit dibuka. Selain itu, tulisannya beraksara Korea bukan Mandarin, bertuliskan "Minuman Soda Manusia beraroma-Kakao".
Rasanya? Menurut AP, tidak buruk, enak malah. Walau tampilannya mirip, rasanya berbeda jauh dengan Coca-Cola, rasa cokelat.
Air Koryo, maskapai nasional Korut, juga punya merek kola sendiri dalam penerbangan dari Pyongyang ke Beijing.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 9:03 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini