Teror Longsor Masih Hantui Warga Ponorogo

11 April 2017 13:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pengungsi akibat retakan tanah di Ponorogo (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi akibat retakan tanah di Ponorogo (Foto: Dok. BNPB)
Potensi ancaman longsor makin meningkat di wilayah Ponorogo. Tanah retak disertai bunyi gemuruh di Desa Dayakan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo  menyebabkan jumlah pengungsi bertambah.
ADVERTISEMENT
"Jika pada awalnya pengungsi dari Dusun Watuagung Desa Dayakan  berjumlah 249, saat ini bertambah menjadi 341 jiwa menyusul adalah dentuman suara  gemuruh  sangat keras sebanyak 21 kali pada Senin (10/4/2017). Lebar tanah yang retak mencapai sekitar panjang 300 meter, lebar 40 centimeter dan kedalaman 3 meter di Watuagung," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/4).
Ia menambahkan, warga terdampak sebanyak 91 orang yang berlokasi di Dukuh Kliur RT. 8  yang berada langsung di bawah Dusun Watuagung ikut mengungsi sehingga keseluruhan  pengungsi berjumlah 341 orang. Sebanyak 22 unit rumah rusak dari total 69 unit rumah yang terdampak sehingga penghuninya dikosongkan seluruhnya.
ADVERTISEMENT
Pengungsi akibat retakan tanah di Ponorogo (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi akibat retakan tanah di Ponorogo (Foto: Dok. BNPB)
Masyarakat dilarang melakukan aktivitas di rumahnya dan di sekitar daerah terlarang untuk mengantisipasi kemungkinan longsor.
"Seluruh pengungsi ditempatkan 2 tenda pengungsi, SD 2 Dayakan  dan rumah penduduk yang ditunjuk sebagai tempat pengungsian yakni rumah Mariman, Sriyono, Nyaman, Mujoko, Siman, Giyanto. BPBD Ponorogo telah mendirikan Posko di Balai Desa Dayakan. Pemantauan dan koordinasi dilakukan bersama dengan Muspika dan Perangkat Desa," bebernya.
BPBD bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, SKPD, relawan dan masyarakat memberikan bantuan logistik, tenda, tikar, selimut, terpal, kebutuhan air bersih, MCK dan lainnya. BMKG Tretes Malang telah memasang seismograf untuk mendeteksi gempa dan getaran tanah.
Kebutuhan mendesak adalah kebutuhan keperluan balita, keperluan mandi, pakaian layak pakai, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Sementara itu pencarian 24 korban hilang yang tertimbun longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo telah dihentikan. Kondisi medan yang berat dan adanya ancaman longsor susulan menyebabkan semua pihak menyepakati bahwa pencarian korban dihentikan. Masyarakat telah mengikhlaskan anggota keluarga  yang belum berhasil ditemukan menyusul adanya longsoran susulan yang cukup besar pada Minggu (9/4/2017)," urai Sutopo.
Pengungsi akibat retakan tanah di Ponorogo (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi akibat retakan tanah di Ponorogo (Foto: Dok. BNPB)
Dengan demikian, dari 28 korban jiwa yang tertimbun longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo pada 1/4/2017, 4 jenasah berhasil ditemukan dan 24 orang dinyatakan hilang. Saat ini sebanyak 300 jiwa masih mengungsi. Kebutuhan dasar bagi pengungsi mencukupi. Nantinya sebagian besar dari mereka akan direlokasi. Pemda Ponorogo masih mencari lahan yang aman untuk relokasi warga nantinya.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya mengingat potensi longsor masih tinggidi wilayah Ponorogo. Hujan berintensitas tinggi masih berpeluang hingga awal Mei. Kondisi tanah sudah jenuh air. Apalagi kondisi batuan sudah banyak yang mengalami pelapukan sehingga mudah longsor," tutupnya.
Pencarian korban longsor Ponorogo (Foto: Zabur Karuru/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Pencarian korban longsor Ponorogo (Foto: Zabur Karuru/Antara)