Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Teror Maut Setelah Presiden Afghanistan Umumkan Perundingan Damai
29 November 2018 4:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Setidaknya 10 orang tewas dan 19 lainnya terluka setelah kelompok bersenjata menyerang kompleks perusahaan jasa keamanan multinasional Inggris, G4S, di Kabul, Afghanistan, Rabu (28/11). Teror tersebut terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden Ashraf Ghani mengumumkan perundingan damai dengan Taliban.
ADVERTISEMENT
Insiden itu bermula saat sebuah mobil meledak di area luar kompleks perusahaan G4S di jalan utama yang mengarah menuju Kabul menuju Afghanistan Timur. Setelah itu, sekelompok pria bersenjata langsung menyeruak masuk ke dalam kompleks dan mulai menyerang.
Serangan terharap markas perusahaan keamanan terbesar di dunia itu langsung menegaskan kondisi Kabul yang tidak aman, terlepas dari upaya pemerintah untuk berdamai dengan Taliban. Perang pemerintah dengan Taliban tersebut sudah berlangsung sejak 17 tahun silam.
"Sangat disayangkan insiden ini terjadi. Namun, kejadian ini mendukung tekad kami untuk perdamaian," kata Penasihat Keamanan Nasional Afghanistan, Hamdullah Mohib.
Taliban mengklaim pihaknya bertanggung jawab atas serangan tersebut. Juru bicara utama gerilyawan, Zabihullah Mujahid, menyebut serangan itu merupakan balasan atas sejumlah korban yang ditimbulkan pasukan keamanan di provinsi-provinsi di selatan Helmand dan Kandahar.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, proses evakuasi masih dilakukan dan belum bisa diketahui berapa jumlah korban yang pasti akibat insiden ini.
"Ada ledakan dan tepat setelah itu, seluruh jendela dan langit-langit ambruk menimpa anak-anak. Seluruh pintu hancur," kata Hafizullah yang membawa tiga orang korban anak-anak ke rumah sakit, dilansir Reuters, Kamis (29/11).
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Rabu (28/11) mengumumkan 12 orang yang menjadi tim perundingan perdamaian dengan kelompok Taliban. Pembentukan kelompok runding tersebut merupakan permintaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menginginkan agar Afghanistan dan Taliban kembali ke meja negosiasi.