Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Seribuan massa dari Gerakan Aksi Damai #savebabi berunjuk rasa di depan DPRD Sumut. Mereka menuntut pemerintah Indonesia bertindak cepat menyelesaikan wabah flu babi (hog cholera) atau African Swine Fever (ASF) yang telah mematikan 46.600 babi di Sumatera Utara (Sumut).
Unjuk rasa dimulai sejak pukul 10.00 WIB. Sesampainya di depan Gedung DPRD Sumut, massa yang mengenakan baju putih dan syal merah ini langsung berorasi serta meneriakkan yel-yel. Mereka menentang isu yang berembus belakangan ini terkait pemusnahan babi di Sumatera Utara .
ADVERTISEMENT
"Karena kalau babi dimusnahkan berarti sudah menghilangkan budaya Batak. Karena sejak lahir sampai mati babi jadi budaya di tanah Batak," ujar ketua aksi Boasa Simanjuntak di depan gedung DPRD Sumut, Medan , Senin (10/2).
Boasa juga meminta agar pemerintah pusat mengambil alih proses penanganan babi di Sumatera Utara ini. Sebab sudah banyak masyarakat yang dirugikan akibat wabah tersebut.
"Pemerintah Indonesia harus menetapkan kasus virus babi adalah bencana, artinya ada penanggulangan kerugian," pinta Boasa.
Boasa menyebut, massa yang beraksi hari ini menetapkan tanggal 10 Februari sebagai Hari Kedaulatan Babi.
"Kita buat hari ini sebagai Hari Kedaulatan Babi," Boasa.
Ketua Komisi B DPRD Sumatera Utara, Viktor Silaen, lantas menemui massa. Dia menegaskan, bahwa wacana pemusnahan babi di Sumatera Utara tidak benar.
ADVERTISEMENT
"Sebetulnya bukan pemusnahan. Tapi yang sudah terkena harus dimatikan supaya jangan menular. Beda dimusnahkan, beda dimatikan untuk mencegah pemusnahan," ucap Viktor Silaen.
Usai mendengarkan keterangan Viktor massa mulai membubarkan diri sekitar pukul 12.30 WIB.