Terpicu Hoaks Pemusnahan Babi, Massa Geruduk DPRD Sumut

10 Februari 2020 13:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Massa dari gerakan #Save Babi membawa spanduk bergambar babi saat unjuk rasa tolak pemusnahan ternak babi, di Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara. Foto: ANTARA FOTO/Septianda Perdana
zoom-in-whitePerbesar
Massa dari gerakan #Save Babi membawa spanduk bergambar babi saat unjuk rasa tolak pemusnahan ternak babi, di Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara. Foto: ANTARA FOTO/Septianda Perdana
ADVERTISEMENT
Seribuan massa dari Gerakan Aksi Damai #savebabi berunjuk rasa di depan DPRD Sumut. Mereka menuntut pemerintah Indonesia bertindak cepat menyelesaikan wabah flu babi (hog cholera) atau African Swine Fever (ASF) yang telah mematikan 46.600 babi di Sumatera Utara (Sumut).
Massa dari gerakan #Save Babi melakukan aksi long march saat menolak pemusnahan ternak babi tekait virus kholera di Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara. Foto: ANTARA FOTO/Septianda Perdana
zoom-in-whitePerbesar
Massa dari gerakan #Save Babi melakukan aksi long march saat menolak pemusnahan ternak babi tekait virus kholera di Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara. Foto: ANTARA FOTO/Septianda Perdana
Unjuk rasa dimulai sejak pukul 10.00 WIB. Sesampainya di depan Gedung DPRD Sumut, massa yang mengenakan baju putih dan syal merah ini langsung berorasi serta meneriakkan yel-yel. Mereka menentang isu yang berembus belakangan ini terkait pemusnahan babi di Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
"Karena kalau babi dimusnahkan berarti sudah menghilangkan budaya Batak. Karena sejak lahir sampai mati babi jadi budaya di tanah Batak," ujar ketua aksi Boasa Simanjuntak di depan gedung DPRD Sumut, Medan, Senin (10/2).
Massa berunjuk rasa tolak pemusnahan babi, di Depan Gedung DPRD Sumatra Utara, Senin (10/2). Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Boasa juga meminta agar pemerintah pusat mengambil alih proses penanganan babi di Sumatera Utara ini. Sebab sudah banyak masyarakat yang dirugikan akibat wabah tersebut.
"Pemerintah Indonesia harus menetapkan kasus virus babi adalah bencana, artinya ada penanggulangan kerugian," pinta Boasa.
Massa berunjuk rasa tolak pemusnahan ternak babi, di Depan Gedung DPRD Sumatra Utara, Senin (10/2). Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Boasa menyebut, massa yang beraksi hari ini menetapkan tanggal 10 Februari sebagai Hari Kedaulatan Babi.
"Kita buat hari ini sebagai Hari Kedaulatan Babi," Boasa.
Massa berunjuk rasa tolak pemusnahan babi, di Depan Gedung DPRD Sumatra Utara, Senin (10/2). Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Ketua Komisi B DPRD Sumatera Utara, Viktor Silaen, lantas menemui massa. Dia menegaskan, bahwa wacana pemusnahan babi di Sumatera Utara tidak benar.
ADVERTISEMENT
"Sebetulnya bukan pemusnahan. Tapi yang sudah terkena harus dimatikan supaya jangan menular. Beda dimusnahkan, beda dimatikan untuk mencegah pemusnahan," ucap Viktor Silaen.
Usai mendengarkan keterangan Viktor massa mulai membubarkan diri sekitar pukul 12.30 WIB.