Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Terungkap Harga Reagen Termurah Rp 90 Ribu, Tes PCR Bisa di Bawah Rp 275 Ribu?
2 November 2021 11:50 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Harga tes PCR di Indonesia sudah diturunkan. Untuk Jawa dan Bali seharga Rp 275 ribu dan luar Jawa dan Bali maksimal Rp 300 ribu.
ADVERTISEMENT
Namun, publik masih ada yang bertanya-tanya, apakah harganya tidak bisa lebih murah lagi? Tak sedikit yang membandingkan dengan India, di sana harga tes PCR sekitar Rp 90 ribuan.
Salah satu faktor yang menentukan harga tes PCR adalah reagen atau reagent. Reagan adalah bahan kimia yang dicampurkan untuk menghasilkan reaksi yang dipakai untuk mendeteksi virus COVID-19. Nah, Indonesia ternyata masih sepenuhnya impor reagen.
"Dari China, India. Tapi, Korea Selatan paling banyak," kata jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada kumparan saat ditanya dari mana impor reagen, Selasa (2/11).
Nadia menjelaskan, Indonesia mengimpor reagen-reagen tersebut dengan harga paling murah Rp 90 ribu per unit.
"Secara umum sekitar Rp 90-600 ribu, tergantung jenis, ya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Yang range tertinggi memang dari Korea," tegas Nadia.
Ia juga membantah isu yang menyebut harga reagen PCR ada yang di bawah Rp 20 ribu. Spesifiknya Rp 13 ribu, berasal dari China.
"Enggak ada (reagen Rp 13 ribu)," tandas Nadia.
Dengan asumsi reagen termurah Rp 90 ribu/unit, lantas apakah masih mungkin harga tes PCR termurah bisa lebih murah dari Rp 275 ribu?
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKLIn) menjelaskan ada tiga tahap, yaitu pra-analitik (tahap persiapan dan pengambilan bahan/spesimen), analitik (tahap pemeriksaan bahan/spesimen), dan pasca-analitik (tahap pelaporan hasil pemeriksaan).
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PDS PatKLIn Prof Aryati mengatakan, masih ada biaya-biaya lain yang juga harus dimasukkan ke dalam biaya tes PCR. Misal seperti biaya overhead dan juga pengelolaan limbah medis.
"Ini dari perhimpunan kami. Saya menekankan di kualitas dan keamanan. Belum lagi kan jasa swabber-nya, jasa penginput NAR (laporan 24 jam ke Kemenkes), BHP bahan habis pakai, overhead listrik air, maintenance alat, pengolahan limbah, APD, LIS, dll," kata Aryati kepada kumparan.
"Kalau dari PatKLIn, saya sangat menyorotin sisi kualitas dan safety," tegasnya.
Aryati menjelaskan biaya pemeriksaan dengan sistem tertutup (closed system) yang mahal. Sistem ini punya kelebihan pengerjaan secara otomatis dan hasil yang keluar lebih cepat.
"Tentang kualitas, memang sekarang saja pemeriksaan closed system itu lebih mahal, tidak bisa masuk ke plafon Rp 495 ribu, apalagi Rp 300 ribu. Yang lalu saja sudah banyak yang 'kolaps', yang biasa pakai closed system akhirnya enggak bisa," ucap Aryati.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk pemeriksaan dengan sistem terbuka, Aryati juga menyebutkan tak bisa sembarang menurunkan harga. Sebab, sistem tersebut melibatkan pemeriksaan secara manual yang harus didukung dengan laboratorium berkeamanan tinggi (Bio Safety Lab Level 2). Biaya lab tersebut tentu tidak murah.