Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Satu setengah tahun lalu Thomas Kurniawan tak tahu menahu soal Meikarta . Ribut-ribut orang berbincang tentang megaproyek itu dia pun tak peduli.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, seorang temannya yang bergerak di desain interior kemudian menghampiri Thomas. Diajaklah dia ke sebuah pameran properti.
“Dia bilang mau beli apartemen enggak di Meikarta. Hah beli apartemen? Apaan itu apartemen di Meikarta di mana? I have no idea, itu tempat apa dan seperti apa enggak tahu,” kenang Thomas akan kejadian Agustus tahun lalu itu kepada kumparan, Selasa (23/10).
Dalam pameran itu apartemen di Meikarta menawarkan diskon yang menggiurkan. Thomas lalu tergoda untuk membeli hunian di Meikarta. Cukup dengan membayar booking fee sebesar Rp 2 juta dia bisa mendapat nomor pesan supaya bisa memilih unit mana.
Thomas kemudian menyambangi lokasi Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Dia lantas terkejut.
ADVERTISEMENT
“Saya jujur kaget ya. Wah lahannya gede banget ya,” Thomas mengingat.
Dia berjumpa dengan marketing Meikarta di sana dan dibawalah dia ke ruang show unit. Di sana, Thomas dihadapkan dengan beberapa unit yang bisa dia pilih. Rasa takjubnya pun semakin menjadi-jadi kala dia melihat pilihan itu.
“Kalau aku sih jujur saat itu kayak waw keren ya. Karena aku ngelihat ini bisa kayak model kayak Singapura gitu. Dia bilang bakal jadi satu kota mandiri. Dan pengembangnya Lippo, oke Lippo lumayan punya nama. Bisa dipercayalah pada awal-awal,” cerita pria yang berprofesi sebagai desainer itu.
Hingga pada akhirnya, Thomas memilih hunian dua kamar. Total yang harus dia bayarkan adalah Rp 400 juta dari harga awal sekitar Rp 600 juta. Diskon telah membuat Thomas terpikat.
ADVERTISEMENT
Belum lagi urusan down payment (DP). Bila dalam ketentuannya untuk mendapat hunian pemesan harus membayar DP 10 persen, dalam kasus itu Thomas cuma perlu membayar 5 persen atau sekitar dua juta. Sisanya berlaku sebagai cashback.
Untuk saat ini, Thomas memilih untuk mencicil setiap bulannya sekitar Rp 3,8 juta. Hal itu akan dia terus lakukan hingga 15 tahun ke depan.
Sehari-hari Thomas tinggal di Jakarta Barat. Tentu berpindah ke Meikarta akan menjauhkan dia dari aktivitas sebelumnya. Namun, menurutnya dengan iming-iming dibangunnya monorel jauhnya jarak tidak akan menjadi masalah.
Saat investor datang dan pergi
Megaproyek Meikarta dibangun dengan menggandeng sejumlah investor baik dari dalam maupun luar negeri, seperti China. Pada awal Mei lalu santer terdengar di masyarakat pembangunan Meikarta dihentikan karena hengkangnya para investor China. Para investor itu diduga hengkang setelah biaya iklan yang dikeluarkan Rp 1 triliun lebih.
ADVERTISEMENT
Selentingan pun terdengar, hal ini membuat pembangunan berhenti. Mendengar hal itu Thomas mengaku panik. Dia langsung menyambangi bank perantara dia membeli hunian Meikarta.
Dari penuturan yang dia dapatkan, pembangunan tetap dilaksanakan kendati investor dari China mencabut investasinya. Di samping masalah itu, Thomas juga khawatir terkait masalah perizinan.
“Tapi, memang aku juga udah ada selentingan dengar kayak masalah izinnya tuh. Izinnya kayak enggak keluar. Belum ada izin. Itu yang pertama kali aku dengar itu di masalah izinnya,” kata Thomas.
Saat bertanya kepada marketing Meikarta, Thomas mendapat jawaban, izin telah dikantongi.
“Dia kasih lihat juga itu, surat izin sudah ada sebenarnya,” ujar Thomas.
Namun, dari penuturan pihak marketing Meikarta ada pergantian kekuasaan di wilayah administratif Meikarta sehingga berdampak pada masalah perizinan.
ADVERTISEMENT
Mendengar jawaban itu rasa kekhawatiran Thomas sedikit mereda. Dia pun teringat, rasanya tidak mungkin bila megaproyek itu tidak jadi.
“Kita dibawa muter kan, kita dilihatin central parknya yang sudah jadi terus yang kayak pohon pohon mulai ditumbuh-tumbuhin juga. Jadi yang kayak oh ya sudah lah. Aku yang kayak mikirnya, kalau ini sampai enggak jadi pun enggak mungkin,” ungkap Thomas.
Pun Thomas teringat, saat dia berkunjung ke Meikarta ramainya khalayak begitu menggila. Dari amatan matanya kantor pemasaran itu tak pernah sepi. Bahkan mereka tak hanya membeli satu atau dua, tapi 3-4 unit hunian.
Mereka tidak hanya datang dari daerah sekitar. Ada sebagian yang datang dari daerah-daerah yang jauh dari kawasan Meikarta.
ADVERTISEMENT
Kini, di tengah terpaan masalah yang datang pada Meikarta, baik perizinan atau masalah OTT KPK yang baru terjadi, Thomas tak berniat menghentikan pembeliannya. Dia telah mengeluarkan uang sekitar Rp 70 juta untuk membeli unit impiannya.
“Pilihannya aku hangusin saja atau terusin sama-sama enggak ada kepastian keduanya. Kalau aku hangusin mungkin aku akan selamat kalau proyek ini tiba-tiba enggak jalan. Tapi kalau ujung-ujungnya jalan, karena ini memang selalu ada masalah kan. Jadi aku tetap lanjut sih,” tutur Thomas.
Dari surat elektronik yang dikirimkan pihak Meikarta kepada konsumen tertanggal 18 Oktober 2018, pembangunan di Meikarta tetap dilakukan. Meskipun, pada saat ini pengembang Meikarta tengah terjerat OTT KPK.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
ADVERTISEMENT
Bagaimana nasib dan cerita mereka usai proyek Meikarta tersandung kasus hukum? Simak cerita selengkapnya dalam konten spesial kumparan dengan topik Yang Bergantung Pada Meikarta .