Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
"Tidak Akan Ada Pemenang dalam Konflik antara AS dan China"
8 Februari 2017 5:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Memanasnya hubungan diplomatik Washington - Beijing berusaha diredam oleh salah satu pejabat penting pemerintah China. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyatakan bahwa merawat tensi tinggi dalam hubungan antara Amerika Serikat dan China adalah sesuatu yang sia-sia.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Wang Yi merasa konflik dua negara kuat di dunia ini perlu dihindari. "Tidak boleh ada konflik antara China dan AS," ujar Wang Yi kepada awak media setelah bertemu Menlu Australia Julie Bishop di Canberra, Australia pada Selasa (8/2).
Ketegangan berawal semenjak Trump belum dilantik menjadi presiden. Pada Desember lalu, Trump menghubungi Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen untuk mengucapkan selamat karena telah memenangi pemilu presiden. Sikap ini melanggar prinsip dasar Kebijakan Satu China yang melarang mitra China untuk memberi pengakuan terhadap Taiwan.
Disamping itu Trump juga memiliki keinginan untuk memberlakukan tarif impor terhadap China.
Dua pernyataan tersebut diucapkan oleh Trump sebelum pengambilan sumpah sebagai Presiden AS. Trump telah memantik ketegangan dengan China sebelum resmi menjabat sebagai presiden.
ADVERTISEMENT
Ketegangan di era pemerintahan Trump berlanjut mengenai pembahasan kasus Laut China Selatan. Gedung Putih menegaskan akan 'melindung pelanggaran wilayah oleh negara lain' yang bermaksud menyindir sengketa China dengan negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia.
Baru-baru ini menteri luar negeri AS yang baru saja dilantik, Rex Tillerson, melayangkan pernyataan tegas terhadap aktivitas China di wilayah sengketa. Tillerson menegaskan bahwa pemerintah AS tidak akan membiarkan China melakukan kegiatan di pulau buatannya.
Pernyataan agresif yang dikeluarkan Pemerintah AS di era Trump mengenai Laut China Selatan ditakutkan bisa memicu konflik antara kedua negara ke tahap yang lebih serius.
Wang membayangkan risiko konflik AS dan China terlalu berisiko. "Kedua pihak akan kalah dan kedua negara tidak bisa menanggung dampak yang ditimbulkan oleh konflik tersebut," ungkap Wang Yi.
ADVERTISEMENT
AS dan China adalah kekuatan terbesar yang ada di politik global. Di samping itu, konflik di Laut China Selatan akan 'melumpuhkan' perekonomian global karena tempat tersebut adalah urat nadi perekonomian dunia. Data dari Wall Street Journal menyebutkan bahwa nilai perdagangan yang melintasi wilayah sengketa tersebut mencapai 5 triliun dolar AS per tahun. Jumlah sebanyak itu ikut berpengaruh kepada perekonomian AS dan juga China.
Dalam kesempatan yang sama, Wang juga mengkritisi kebijakan proteksionisme yang digaungkan oleh Trump dengan jargon 'America First'. "Penting untuk menjaga komtimen terhadap ekonomi dunia yang terbuka," tambah Wang.
"Penting untuk mengarahkan globalisasi ekonomi menuju inklusifitas dan membagi manfaat yang lebih luas dengan cara yang lebih berkelanjutan".
ADVERTISEMENT