Tim Jokowi soal Prabowo Terima Suara Anak PKI: Sikap Mirip Bunglon

28 Januari 2019 7:00 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hashim Djojohadikusumo di Balai Kota. (Foto: Nadia Jovita/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hashim Djojohadikusumo di Balai Kota. (Foto: Nadia Jovita/kumparan)
ADVERTISEMENT
Direktur Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo, mengaku siap menerima dukungan dari semua masyarakat, termasuk keturunan PKI. Menanggapi hal ini, kubu Jokowi-Ma'ruf Amin menganggap kubu Prabowo-Sandi berusaha bersikap pragmatis dengan berusaha menerapkan sifat bunglon.
ADVERTISEMENT
Jubir Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily mengatakan, sikap kubu Prabowo-Sandi ini dapat berubah-ubah melihat kondisi dan kepentingan yang ada dan sesaat. Ia menduga Prabowo-Sandi juga akan mengakomodir kepentingan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) asalkan memberi dukungan suara. Begitu juga dengan kepentingan kelompok lainnya.
"Sikap pragmatisme politik seperti ini mirip bunglon. Kalau ketemu HTI akan bicara soal akomodasi kepentingan HTI asal mereka beri dukungan suara. Padahal ke publik bicara Prabowo sebagai patriot pembela NKRI," jelas Ace kepada kumparan, Senin (28/1) pagi.
"Jika ketemu dengan mafia akan bicara kepentingan membela mafia. Ketika ketemu buruh akan bicara kepentingan buruh, tapi saat ketemu konglomerat juga mengaku akan berjuang untuk kepentingan mereka. Walaupun kepentingan yang ada saling bertentangan," imbuh politikus Golkar itu.
Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily di DPP Golkar. (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily di DPP Golkar. (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
Menurut Ace, upaya ini dikenal sebagai strategi catch-all. Artinya, Prabowo - Sandi berusaha menggaet seluruh suara kelompok masyarakat dengan mengiyakan kepentingan mereka.
ADVERTISEMENT
"Ini artinya, kubu Prabowo akan menerima dukungan semua segmen, mulai dari HTI, FPI, koruptor, kriminal, preman, sampai dengan mafia asal mereka mendukung Prabowo-Sandi," ungkap Ace.
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto tiba untuk mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). (Foto: Antara/Aprillio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto tiba untuk mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). (Foto: Antara/Aprillio Akbar)
Selain itu, Ace menganggap pernyataan Hashim malah akan membuka kedok Prabowo-Sandi yang berusaha menghalalkan berbagai cara demi memenangkan Pilpres 2019, termasuk menerima dukungan suara anak PKI. Padahal selama ini, kata Ace, isu PKI selalu menyerang Jokowi hingga menyebabkan sentimen dari ormas-ormas Islam.
"Jokowi diserang dengan fitnah sebagai PKI. Tuduhan PKI inilah yang disebarluaskan sehingga membangkitkan sentimen dari kelompok-kelompok ormas Islam yang selama ini sangat keras posisinya dalam isu PKI. Isu PKI dirangkai dengan isu anti-Islam, kriminalisasi ulama, dan ditambah dengan boneka aseng," terangnya.
"Sentimen inilah yang dimunculkan sehingga membentuk opini terhadap pemerintahan Jokowi. PDIP sebagai partai pendukung Jokowi juga diserang dengan tuduhan PKI. Tapi, pernyataan Hashim justru membuka kedok semuanya. Bahwa semua itu hanyalah strategi pragmatis yang tujuannya memenangkan Prabowo," pungkasnya.
Bukti foto hoaks Jokowi PKI. (Foto: Dok. Bareskrim)
zoom-in-whitePerbesar
Bukti foto hoaks Jokowi PKI. (Foto: Dok. Bareskrim)
Hashim Djojohadikusumo mengaku pihaknya akan total memenangkan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Oleh karena itu, setiap suara dan dukungan dari masyarakat akan diterima, asalkan bukan iblis. Bahkan, akan tetap menerima dukungan dari keturunan PKI.
ADVERTISEMENT
“Saya dan kami akan terima dukungan dari mana pun kecuali iblis, kecuali setan. Yang lain kami terima, Prabowo terima. Bahkan anak dan cucu PKI pun, cicit PKI kami akan terima dukungannya. Saya katakan itu, kita mau menang,” kata Hashim di Gedung Bhayangkari, Jakarta, Minggu, (27/1).