Tim Prabowo Setuju KPU soal Pengurangan Penonton Debat: Jadi 100 Orang

19 Februari 2019 6:13 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak saat di konferensi pers BPN Prabowo-Sandi di Media Center BPN, Jakarta, Senin (18/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak saat di konferensi pers BPN Prabowo-Sandi di Media Center BPN, Jakarta, Senin (18/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
KPU berencana mengurangi jumlah penonton dalam arena debat Pilpres 2019 karena diduga mengganggu konsentrasi paslon. Koordinator jubir BPN Prabowo-Sandi Dahnil Anzar menyetujui usulan KPU tersebut, terlebih untuk debat ketiga yang akan mempertemukan cawapres.
ADVERTISEMENT
"Kami sepakat, Bang Sandi justru meminta agar yang hadir di arena debat cukup 100 orang totalnya, 50 orang masing-masing tim supaya debat bisa fokus," ujar Dahnil kepada kumparan, Selasa (19/2).
Pembatasan itu, jubir BPN Prabowo-Sandi Andre Rosiade menambahkan, juga bertujuan agar masyarakat yang menyaksikan melalui siaran media di berbagai tempat dapat menyimak berjalannya debat dengan baik.
"Tujuan utamanya bukan penonton studio, tapi seluruh masyarakat Indonesia untuk menentukan pilihan. Debat bukan ajang gagah-gagahan para pendukung di ruangan debat," ujar Andre saat dihubungi terpisah.
"Yel-yel, suara teriakan, dan lain-lain, terdengar dan menganggu para penonton televisi. Ini yang saya alami saat nonton bersama masyarakat," imbuhnya.
Bahkan, Andre menilai KPU perlu membuat aturan tepuk tangan hanya pada awal dan akhir debat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Andre juga mengusulkan agar debat ketiga antar cawapres dibuat sederhana sehingga tidak memboroskan anggaran. Sesi pemutaran video menurutnya juga perlu ditiadakan agar durasi debat menjadi efektif.
"Sesi kedua, tiga, dan empat, diisi penyempaian program kerja masing-masing pasangan calon dengan ditanggapi melalui format yang sama. Meniadakan pertanyaan dari panelis yang menurut hemat kami tidak efektif dan rawan misinterpretasi," ujarnya.