Tingkah Tak Biasa Darwin Sebelum Terbang dengan Lion Air JT-610

30 Oktober 2018 16:22 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Liana, istri Darwin Harianto korban pesawat Lion Air JT-610. (Foto: Neisa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Liana, istri Darwin Harianto korban pesawat Lion Air JT-610. (Foto: Neisa/kumparan)
ADVERTISEMENT
Liana (38) tak menyangka momen perpisahannya dengan sang suami, Darwin Harianto (51), terjadi begitu cepat. Sebelum Darwin berangkat, Liana masih menyempatkan menata baju-baju yang akan dibawa sang suami untuk dinas ke Pangkalpinang, Bangka Belitung.
ADVERTISEMENT
"Pa, kok enggak tidur?" tanya Liana pada Darwin.
Sang suami menjawab dia enggan tidur karena tidak ingin ketinggalan pesawat. Ya, pesawat Darwin berangkat sekitar pukul 06.00 dari Bandara Soekarno- Hatta. Sementara rumah mereka ada di kawasan Villa Mutiara 1, Bogor.
Liana pun melihat ada yang aneh pada diri suami dini hari itu.
"Dia bolak-balik ke kamar dua anaknya. Ke kamar Sekar (anak sulung) sama ke anaknya yang kecil, Gibran. Itu kayak pamitan," urai Liana kepada kumparan, Selasa (30/1).
Menurut Liana tingkah suaminya itu tak biasa. Sudah sering suaminya itu pergi dinas, 3-5kali sebulan. Tetapi, tak pernah dia sampai bolak-balik ke kamar anaknya.
Darwin Harianto dan keluarganya (Foto: Dok. Liana)
zoom-in-whitePerbesar
Darwin Harianto dan keluarganya (Foto: Dok. Liana)
Terlepas dari rasa ganjil Liana, Darwin bergegas dari rumah ke kantor untuk mengambil 5 boks bahan perlengkapan dinas. Dari kantornya itu dia berangkat bersama dua rekan kerjanya.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya jadwal ke Pangkal Pinang itu Kamis (1/10). Tapi, dia minta dimajuin jadi Senin (29/10) supaya Kamis nanti dia bisa pulang," urai Liana berlinang air mata.
Darwin pergi ke Pangkal Pinang dengan dua rekannya yang masih junior. Di antara mereka ada yang dijadwalkan akan menikah bulan depan dan satunya lagi baru sebulan masuk kerja serta pertama kali naik pesawat.
Suasana kediaman Darwin Harianto korban pesawat Lion Air JT-610. (Foto: Neisa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kediaman Darwin Harianto korban pesawat Lion Air JT-610. (Foto: Neisa/kumparan)
Sementara itu, Liana bertutur Darwin biasa ke Pangkal Pinang dengan maskapai Garuda Indonesia. Namun, kebetulan kemarin sang suami berpergian dengan Lion Air.
Sungguh sayang, kepergian yang tak sesuai jadwal dan kebiasaan itu justru mempertemukan Darwin dengan maut. Darwin hilang setelah pesawat yang ditumpanginya itu jatuh di perairan Ujung Karawang, Senin (29/10).
ADVERTISEMENT
Suara terakhir Darwin untuk Liana
Sesaat sebelum bertolak ke Pangkal Pinang, Darwin bercakap-cakap dengan Liana melalui telepon. Pria lulusan Universitas Lampung itu meminta doa keselamatan pada sang istri.
Sekitar satu menit mereka berbincang dan Darwin pun menutup telepon karena akan lepas landas. Satu jam setelah keberangkatan, Liana lalu menghubungi Darwin.
"Jam 7.30 biasanya dia sudah nyampai. Ini kok enggak aktif. Saya berpikiran positif deh. Jam 9 saya kontak enggak aktif. Jam 10 saya kontak enggak aktif. Saya tahu dia naik Lion tapi enggak tahu nomor berapa," Liana berkisah.
Liana, istri Darwin Harianto korban pesawat Lion Air JT-610. (Foto: Neisa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Liana, istri Darwin Harianto korban pesawat Lion Air JT-610. (Foto: Neisa/kumparan)
Liana mencoba untuk tidak panik. Dia lantas menunaikan salat Tasbih. Tiba-tiba seorang rekan kantor Darwin datang membawa warta pesawat yang ditumpangi suami Liana hilang kontak. Liana syok dan lemas seketika. Dia terus merapal doa demi keselamatan sang suami. Linangan air mata pun kadang turun dari dua matanya.
ADVERTISEMENT
Menghadapi realitas pahit itu, Liana langsung bergegas ke Jakarta. Kabar baik tentang suaminya selalu dia harap-harapkan. Tapi apa boleh dikata, kenyataan tak berpihak kepadanya.
"Ibu jangan kaget. Ibu jangan berpikiran ini mukjizat ya Bu. Ini yang terbaik saja ya Bu. Kita ngambilnya yang terburuk karena jenazah diperkirakan tidak ada yang hidup," ucap seorang petugas RS Polri saat ditemui Liana.
Mendengar kata-kata itu Liana mencoba untuk ikhlas. Pada malam harinya dia langsung menggelar tahlilan di rumahnya. Liana terus berharap suaminya lekas ditemukan.