Tips Berinvestasi Ala Lukas Setia Atmaja

28 Oktober 2017 21:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lukas Setia Atmaja di Investival 2017 (Foto: Lukas Setia Atmaja di Investival 2017)
zoom-in-whitePerbesar
Lukas Setia Atmaja di Investival 2017 (Foto: Lukas Setia Atmaja di Investival 2017)
ADVERTISEMENT
Indonesia Investment Festival (Investival) 2017 hari kedua kembali digelar. Acara tahunan ini diadakan dengan tujuan untuk memperkenalkan masyarakat tentang pentingnya berinvestasi sejak dini.
ADVERTISEMENT
Di hari keduanya, Investival 2017 kembali menghadirkan narasumber yang dapat menjadi "mentor" bagi masyarakat yang tertarik untuk berinvestasi. Salah satu pembicaranya adalah Lukas Setia Atmaja.
Dosen di Prasetya Mulia Business School membagikan tips bagaimana caranya menjadi investor. Salah satunya adalah bagaimana mengontrol greed (keserakahan) dan fear (rasa takut).
"Jadi ada yang mengatakan dua hal ini sering tarik-menarik. Bisa keluar rasa serakahnya kemudian jadi lupa daratan. Tapi bisa juga muncul rasa takut untuk berinvestasi. Kayak teman saya udah sejak 20 tahun yang lalu bilang mau berinvestasi. Tapi sampai sekarang enggak dilakukan. Alasannya, dia takut," kata Lukas di Mall Kelapa Gading 3, Jakarta Utara, Sabtu (28/10).
Lukas Setia Atmadja (Foto: http://www.pmsbe.ac.id dan Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lukas Setia Atmadja (Foto: http://www.pmsbe.ac.id dan Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Tips lain yang diberikan Lukas adalah diversifikasi dalam membeli saham. Diversifikasi yang dimaksud di sini adalah tidak hanya membeli satu saham saja.
ADVERTISEMENT
Lukas menganjurkan agar masyarakat yang ingin mencoba berinvestasi untuk membeli lebih dari satu saham, misalnya 10 sampai 20 saham. Meski demikian, Lukas juga menganjurkan untuk membeli saham di berbagai sektor yang berbeda
"Tapi jangan beli di satu sektor yang sama. Kita cari di berbagai sektor. Karena kita enggak tahu saham mana yang terus menguat dan saham mana yang nanti bisa jatuh. Itu gunanya," paparnya.
Dan yang paling penting yang sebetulnya sederhana tapi tidak diterapkan oleh para investor, khususnya yang pemula yaitu prinsip buy what you know, know what you buy.
"Ini kelihatannya sederhana tapi orang-orang enggak terapkan. Orang-orang tahunya asal beli aja, tapi enggak tahu untuk apa dia beli itu. Itulah kenapa muncul yang namanya investasi bodong. Maka dari itu, kalau nabung saham harus hati-hati memilih," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam memilih saham, Lukas menyarankan agar masyarakat memilih saham blue chip. Sebagai informasi, saham blue chip merupakan jenis saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi di atas Rp 10 triliun. Perusahaan yang sahamnya masuk kategori ini memiliki reputasi ditinjau dari sisi fundamental.
Istilah blue chip sendiri diambil dari permainan poker. Dalam permainan ini, taruhan yang digunakan menggunakan tiga keping koin dengan warna merah, putih, dan biru. Warna biru umumnya memiliki nilai yang paling besar.
"Saya sarankan memilih saham blue chip yang market cap (kapitalisasi pasar) nya besar. Kalau saham perusahaan kecil ada risikonya. Orang-orang enggak banyak tahu kalau mau jual saham salah satu risiko kita likuiditas. Kalau perusahaan besar, likuiditasnya bagus," paparnya.
ADVERTISEMENT