Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ramadhan akan tiba sekitar sebulan lagi. Sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, Indonesia memiliki berbagai kegiatan khas untuk mengisi bulan suci Islam tersebut.
ADVERTISEMENT
Berbagai macam aktivitas untuk mengisi waktu Ramadhan yang telah membudaya atau bahkan mendarah daging di dalam masyarakat Indonesia antara lain ngabuburit, buka puasa bersama dan mudik. Namun ada juga hal-hal lainnya yang senantiasa terjadi berulang setiap Ramadhan datang, yakni harga komoditas yang naik dan pengeluaran yang turut meningkat atau bahkan membengkak.
Untuk menghadapi bulan khusus tersebut, masyarakat Indonesia sebaiknya memiliki persiapan khusus dari berbagai aspek, seperti aspek fisik, rohani, maupun finansial. Terkait aspek finansial, kumparan (kumparan.com) secara khusus berbincang dengan Annissa Sagita, konsultan keuangan dari Aidil Akbar Madjid and Associates.
Dari hasil perbincangan kumparan dengan Annissa pada Kamis (25/4), didapatkalah beberapa tips keuangan untuk menghadapi bulan Ramadhan, yakni sebagai berikut:
1. Evaluasi Keuangan Ramadhan Sebelumnya
ADVERTISEMENT
Orang yang bijak adalah orang yang bisa belajar dari kesalahan atau kekurangannya yang telah lalu. Untuk mempersiapkan keuangan Ramadhan tahun ini, ada baiknya kita mengevalusi keuangan diri pribadi ataupun keluarga kita pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.
Dengan memeriksa dan mempelajari arus kas Ramadhan kita pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat mengetahui pos-pos mana saja yang menjadi pos-pos pengeluaran terbesar kita. Annissa menyebut seharusnya kita tak hanya melakukan evaluasi keuangan Ramadhan, tapi juga keuangan Lebaran tahun lalu.
Lebih lanjut Annissa memberikan contoh salah satu pos pengeluaran terbesar yang sering ia temukan dari sejumlah klien-nya. “Pengeluaran terbesar itu kalau bagi yang mudik, biasanya ya mudik,” katanya.
“Pengeluaran untuk mudik itu gede banget,” sebut Annissa. Sebab, biaya untuk mudik itu biasanya bukan hanya mencakup perseorangan saja, melainkan juga mencakup keluarga. Pengeluaran untuk mudik menjadi begitu besar karena mencakup komponen-komponen biaya transportasi, akomodasi dan keperluan berlebaran selama di kampung halaman.
2. Kontrol Perilaku Konsumtif
ADVERTISEMENT
Pengeluaran pada bulan Ramadhan juga dapat membengkak akibat perilaku konsumtif. Annissa menjelaskan pada bulan Ramadhan, selain karena harga-harga yang naik, jumlah pengeluaran cenderung membesar akibat lebih banyaknya makanan dan barang yang kita beli.
Fenomena ini memang terkesan lucu. Pada bulan ketika seharusnya kita menahan hawa nafsu seperti nafsu makan dan minum, konsumsi kita terhadap makanan, minuman ataupun barang justru meningkat.
“Pada bulan puasa kita biasanya sulit mengatur konsumtivitas kita karena kita lapar. Jadi kalau masuk mal kemudian lihat diskon ataupun menjelang buka puasa melihat makanan-minuman di jalan, kita mudah tergoda untuk membelinya,” kata Annissa.
Padahal makanan atau minuman itu, misalnya, belum tentu akan habis kita makan saat berbuka nanti. Keinginan membeli banyak makanan tanpa mampu menghabiskan semuanya adalah bentuk nyata perilaku konsumtif.
ADVERTISEMENT
Annissa menganjurkan, sebaiknya selama bulan Ramadhan kita tidak hanya menahan haus dan lapar, tapi juga menahan perilaku konsumtif kita. Misalnya, kita perlu belajar menahan diri dari lapar mata dan memilih-milih undangan atau ajakan berbuka bersama yang memang penting saja agar tak selalu menuruti ajakan tersebut demi melatih diri berhemat saat Ramadhan.
3. Rancang Anggaran Khusus
Salah satu cara untuk menahan perilaku konsumtif pada bulan suci Ramadhan adalah membuat budget alias anggaran khusus untuk bulan tersebut. “Di-budget-kan (dianggarkan) itu maksudnya diberi batas maksimal per masing-masing pos pengeluaran itu berapa, supaya kita nggak kebablasan,” terang Annisa.
Annissa mengambil contoh pengeluaran untuk makan. “Misalkan buat makan berapa,” katanya.
Terkait pengeluaran untuk makan ini, perempuan lulusan Universitas Brawijaya itu menjelaskan kuantitas makan kita selama Ramadhan sebenarnya sama saja seperti hari-hari biasa, yakni tiga kali sehari. Hanya waktu-waktunya saja yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Biasanya, saat Ramadhan, kita makan makanan ringan atau takjil atau camilan terlebih dulu ketika berbuka puasa. Kemudian barulah kita makan makanan berat saat malam dan makan berat kembali saat sahur.
Namun begitu Annissa tetap menganjurkan agar anggaran pengeluaran selama Ramadhan, termasuk anggaran untuk makan sebaiknya dilebihkan sedikit karena harga-harga selama Ramadhan biasanya naik.
4. Persiapkan Sumber Dana
Annissa menuturkan sumber dana untuk keperluan Ramadhan dan Lebaran setiap orang biasanya berasal dari gaji dan THR (Tunjangan Hari Raya). Namun begitu sebagian orang bisa pula mengambil dana dari tabungan jika memang mengharuskan mereka berbuat demikian.
“Seharusnya sih kita punya tabungan khusus untuk mempersiapkan Ramadhan dan Lebaran,” kata Annissa. Sebab, pengeluaran yang membengkak saat Ramadhan dan Lebaran adalah keniscayaan yang selalu terjadi setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Bagi yang belum sempat menabung sejak jauh-jauh hari, Annissa menganjurkan,“Sekarang kan masih ada waktu nih ya sampai bulan puasa datang. Nah sejak sekarang sampai sebulan ke depan itu kita bisa mulai menabung.”
Namun begitu Annissa menjelaskan, mengambil dana dari tabungan atau investasi untuk keperluan Ramadhan adalah kembali lagi pada keputusan masing-masing orang berdasarkan hasil evaluasi mereka terhadap kondisi keuangan mereka pada Ramadhan dan Lebaran tahun-tahun sebelumnya.
"Sebenarnya berapa pun bisa cukup-cukup saja tergantung gaya hidup masing-masing," imbuhnya.
5. Ambil Peluang untuk Pemasukan Tambahan
Karena saat Ramadhan dan Lebaran harga kebutuhan pokok biasanya selalu meningkat sehingga mengakibatkan pengeluaran turut membengkak, ada baiknya kita mulai mencari cara atau siasat untuk menutupi pengeluaran tambahan tersebut dengan pemasukan tambahan lain.
ADVERTISEMENT
Annissa menjelaskan, “Selama Ramadhan kan kita banyak bersikap konsumtif nih. Sebenarnya dari situ kan kita bisa ambil kesempatan untuk mencari pemasukan lain juga selama Ramadhan.”
Selama Ramadhan dan Lebaran, biasanya terdapat banyak usaha-usaha musiman yang laris diminati. Usaha pembuatan dan penjualan takjil serta makanan dan souvenir khas Lebaran bisa menjadi pilihan untuk kita geluti jika kita menginginkan sumber pemasukan tambahan selama masa tersebut.
Penjualan pakaian dan gawai pun termasuk cukup menjanjikan karena banyak orang Indonesia terbiasa berlomba-lomba memiliki pakaian dan ponsel baru menjelang Hari Lebaran.
“Jadi kita nggak cuma menghabiskan uang saja, tapi juga kita bisa ambil peluang seperti jualan kue, jualan baju dan sebagainya,” ujar Annissa.