Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota Denpasar memasang tiga alat penjernih air atau nano plasma bubble generator di Tukad Badung. Alat ini merupakan sumbangan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Hutan (KLHK).
ADVERTISEMENT
Alat ini bernilai Rp 200 juta. Biaya operasional akan menggunakan dana APBD Kota Denpasar.
Pantauan kumparan, di aliran Tukad Badung yang telah direstrorasi sepanjang 500 meter ini, memang tidak ada sampah yang bertebaran. Warna air cukup cokelat, dan tidak bau.
Menteri KLHK Siti Nurbaya mengatakan, alat ini sebelumnya dipakai untuk menjernihkan Sungai Sentiong atau Kali Item di DKI Jakarta. Pemasangan alat ini diharapkan bisa membuat air di Tukad Badung bersih dan tidak bau.
Apalagi, tukad (sungai) ini bersebelahan dengan Pasar Badung yang menjadi salah satu objek destinasi wisata di Denpasar.
Siti berharap warga Bali ikut menjaga alat ini. Caranya adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar sungai. Hal itu agar tidak ada sampah yang terbawa arus dan merusak alat tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saya kira, kalau alatnya setiap waktu bisa dipakai, tapi yang paling penting adalah jangan buang lagi dong sampahnya, jangan jelek dong sungainya, itu kira-kira," kata Siti usai di Tukad Badung, Kamis (20/6).
Dihubungi terpisah, Staf Direktorat Pengendalian Pencemaran Air KLHK, Johan, mengatakan, butuh waktu hingga 3-4 bulan ke depan untuk menyimpulkan tingkat keberhasilan alat ini.
''Tergantung kondisi sungai di sini juga. Yah paling enggak, hasil review sementara bisa dilihat 2 sampai minggu ke depan. Kalau untuk bau, mungkin bisa dilihat 2 sampai 3 hari ke depan,'' ujarnya.
Menurut Johan, tingkat kejernihan air sungai sebenarnya tidak bergantung pada alat ini, tapi pada sumber hulu pencemaran itu sendiri. Alat ini hanya sebagai solusi alternatif untuk membersihkan sungai secara langsung.
ADVERTISEMENT
"Selama sumber pencemarnya tidak diperbaiki maka bebannya akan tetap lari sungai. Kalau alat beroperasi tapi beban pencemaran yang masuk enggak berhenti, ya sama saja dong,'' jawabnya.
lndikator alat ini sudah membuahkan hasil bila di sungai mulai muncul ekosistem kecil. Misalnya, mulai ada udang yang hidup di sekitar alat itu.
"Jika ada udang, maka dipastikan alat ini sudah mulai bekerja,'' ujar dia.
Rencananya, sejumlah alat ini juga akan dipasang di beberapa sungai lain di Denpasar untuk meningkatkan kualitas jernih air.