Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Mantan Kapolri Jenderal Muhammad Tito Karnavian resmi dilantik menjadi Menteri Dalam Negeri di Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Tito menggantikan Tjahjo Kumolo yang saat ini menjadi Menteri PAN-RB.
ADVERTISEMENT
Serah terima jabatan dari Tjahjo ke Tito dilakukan di Gedung Sasana Bakti Praja, Kementerian Dalam Negeri, pada pukul 11.00 WIB. Sementara itu, posisi Kapolri yang ditinggalkan Tito akan diisi oleh Komjen Pol Idham Azis.
Selama menjadi polisi, Tito dikenal sebagai orang dengan karier yang meroket cepat. Bahkan, penunjukannya sebagai Kapolri sempat menuai kontroversi karena melangkahi angkatan di atasnya.
Bagaimana sepak terjang Tito Karnavian hingga menjadi Mendagri?
Orang tua Tito Karnavian sebenarnya menginginkan anaknya menjadi dokter. Namun, ia memiliki pilihan sendiri. Karena tak ingin membebani orang tuanya dengan biaya kuliah kedokteran yang mahal, Tito memilih masuk Akpol yang dibiayai oleh pemerintah.
Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, ditambah empat adik Tito yang masih kecil, membuatnya terpacu untuk belajar lebih giat. Usahanya tak sia-sia. Pria kelahiran Palembang, 26 Oktober 1964 ini berhasil menjadi lulusan Akpol terbaik tahun 1987.
Begitu lulus, ia langsung ditugaskan di Polres Jakarta Pusat dan menjadi Kanit Jatanras. Kariernya di kepolisian terus mengalir. Namun, namanya baru meledak saat berhasil menangkap anak Presiden ke-2 RI Soeharto, Tomy Soeharto, yang menjadi dalang pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin pada 2001 lalu.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, ia lantas diberi tugas menjadi Ketua Tim Kobra bentukan Reskrim Polda Metro Jaya dan dinaikkan pangkatnya dari Mayor ke AKBP. Pada 2004, Tito ditugaskan memimpin Densus 88.
Saat itu, ia berhasil melumpuhkan kelompok teroris Azahari Husin di Batu, Malang Jawa Timur, tahun 2005 silam. Atas prestasi tersebut, ia diganjar kenaikan pangkat luar biasa dari AKBP menjadi Komisaris Besar (Kombes).
Pada tahun 2007, Tito juga berhasil menangkap DPO kasus konflik Poso. Sedangkan pada tahun 2009, ia membekuk pimpinan teroris Noordin M Top.
Kesuksesannya menangani kasus terorisme membuatnya ditarik ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Namun, ia tak lama di lembaga tersebut. Pada 2012, Tito diminta menjadi Kapolda Papua selama dua tahun sebelum kembali ke Mabes Polri untuk menjadi asisten rencana anggaran Kapolri.
Tahun 2015 hingga 2016, Tito ditunjuk menjadi Kapolda Metro Jaya. Selama periode ini, Tito dinilai cukup cekatan dalam menangani kasus Bom Sarinah, Thamrin, Jakarta. Kesuksesannya ini membuat Tito yang baru 9 bulan menjadi Kapolda, ditunjuk menjadi Kepala BNPT dan naik pangkat dari Irjen menjadi Komjen.
ADVERTISEMENT
Baru tiga bulan menjadi kepala BNPT, Tito diminta oleh Presiden Joko Widodo untuk mengisi jabatan sebagai Kapolri menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang pensiun. Penunjukan Tito ini cukup kontroversial. Pasalnya, Tito memotong karier seniornya yang dinilai lebih berpeluang menjadi Kapolri, salah satunya adalah Wakapolri Budi Gunawan.
Meski demikian, Jokowi tetap mengajukan nama Tito ke DPR. Tito pun dilantik menjadi Kapolri sejak Juni 2016 dan dinaikkan pangkatnya menjadi Jenderal.
Namun, karier Tito tak selamanya mulus. Jelang pelantikannya sebagai Mendagri, nama Tito disebut-sebut dalam kasus buku merah yang ditangani Polri.
Istilah buku merah itu merujuk pada buku tabungan berisi transaksi keuangan CV Sumber Laut Perkasa milik Basuki Hariman. Buku itu menjadi salah satu bukti korupsi dalam kasus dugaan suap pengusaha daging itu ke hakim MK Patrialis Akbar.
ADVERTISEMENT
Nama Tito saat masih menjadi Kapolda Metro Jaya disebut-sebut ada dalam buku merah itu. Namun hal itu telah dibantah oleh pihak Bareskrim Polri.
Selain masalah buku merah, Tito Karnavian juga meninggalkan kasus penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan yang tak kunjung terungkapp. Hingga saat ini, kasus yang terjadi pada 11 April 2017 itu belum menemukan titik terang.