Tito: Pemda Jangan Cuma Bikin Spanduk 'Ayo Pakai Masker', tapi Bagikan

3 September 2020 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Dalam Negeri RI Tito Karnavian. Foto: Kemendagri RI
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Dalam Negeri RI Tito Karnavian. Foto: Kemendagri RI
ADVERTISEMENT
Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, menyatakan pentingnya peran pemerintah daerah (Pemda) dalam menegakkan protokol kesehatan terhadap warganya, khususnya memakai masker.
ADVERTISEMENT
Namun menurut Tito, belum seluruh Pemda yang sadar untuk menegakkan protokol kesehatan, meski Presiden Jokowi telah menerbitkan Inpres.
Ia menilai masih banyak Pemda yang baru dalam tahap mengimbau pentingnya memakai masker melalui spanduk-spanduk. Padahal, warganya masih banyak yang tidak memakai masker lantaran masalah ekonomi. Untuk itu, Tito meminta Pemda jangan hanya berhenti di jargon, tapi harus pula berperan aktif seperti membagi masker ke warga yang tidak mampu.
"(Pemda) jangan sekadar buat spanduk 'ayo pakai masker'. Bagi masker (ke warga), baik dengan APBD yang direalokasi maupun pihak ketiga," ujar Tito dalam Rakor Pengawasan Penyelanggaraan Pemerintah Daerah secara virtual, Kamis (3/9).
Tito menyatakan pihaknya yang telah bergerak di 18 provinsi untuk membagikan masker, melihat kemampuan ekonomi warga untuk membeli masker berbeda-beda.
Palang Merah Indonesia (PMI) mensosialisasikan penggunaan masker untuk mencegah penularan virus corona. Foto: PMI
Ia mencontohkan saat pergi ke kampung nelayan di Indramayu, Jawa Barat, banyak nelayan yang tak memakai masker. Rupanya, mereka kesulitan secara ekonomi untuk membeli masker.
ADVERTISEMENT
"Waktu ke Indramayu masuk ke kampung nelayan. (Saya tanya) 'kenapa tidak beli masker?. (Dijawab) 'Pak ini pendapatan saya Rp 50 ribu sudah bagus untuk makan, bagaimana beli masker'. Maka perlu ada dukungan bagi masker," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Tito juga meminta pemda yang berada di zona hijau jangan terlalu berbangga. Sebab ia pernah menemukan daerah masuk zona hijau bukan karena tidak ada kasus aktif atau penularan corona, melainkan tidak ada atau tes swab PCR rendah.
"Daerah yang kapasitas kesehatan rendah, tes rendah, tidak ada PCR bangga dengan warna hijau karena tidak ada kasus. Setelah kita cek bukan karena tidak ada kasus, tapi tesnya tidak ada, padahal penyebaran terjadi. dorong agar punya kemampuan tes," tutupnya.
ADVERTISEMENT