TKI di Korsel Penasaran dengan Konsep Foto Jurnalistik

27 Agustus 2017 21:04 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara Workshop Fotografi. (Foto: Jsphs Pradipta)
zoom-in-whitePerbesar
Acara Workshop Fotografi. (Foto: Jsphs Pradipta)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korsel yang tergabung dalam komunitas fotografi punya daya tarik tinggi terhadap foto jurnalistik. Tak heran, banyak pertanyaan terlontar soal konsep fotografi tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal ini terjadi saat sesi tanya jawab dalam acara workshop video conference yang digelar kumparan, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Korsel, dan BNI, Minggu (27/8) siang. Para peserta yang berjumlah lebih dari 50 orang berada di kantor KBRI di Seoul, sementara pembicaranya adalah fotografer senior kumparan Aditia Noviansyah yang memberi pelatihan dari kantor kumparan di Jakarta.
Fotografer kumparan Aditia Noviansyah (Foto: Dok. kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fotografer kumparan Aditia Noviansyah (Foto: Dok. kumparan)
Ada beberapa pertanyaan yang ditanyakan oleh para TKI terkait konsep foto jurnalistik, di antaranya adalah perbedaan pengambilan foto human Interest dan street photography hingga cara untuk menghasilkan foto yang mengandung unsur jurnalistik.
Menjawab hal itu, Ano, sapaan akrab Aditia menjelaskan, untuk konsep foto human interest dan street photography sebenarnya tidak ada perbedaan. Hanya masalah penyebutan saja.
ADVERTISEMENT
"Ini menjadi sebutan saja. Sebenarnya memotret human interest dan street photography itu pada intinya memotret kegiatan manuasia, gaya hidup manusia," katanya.
Acara Workshop Fotografi. (Foto: Jsphs Pradipta)
zoom-in-whitePerbesar
Acara Workshop Fotografi. (Foto: Jsphs Pradipta)
Menurutnya, dalam fotografi jurnalistik pada intinya mempunyai hak untuk tercipta secara indah. Untuk fotografi jalanan sendiri memberikan penggambaran yang secara mendayu-dayu. Tapi keduanya tetap sama.
"Fotografi jurnalistik punya hak untuk tercipta indah. Street juga dia mendayu- dayu. Itu satu karakter tapi penyebutannya aja. Semuanya memotret kegiatan manusia,"ujarnya.
Sedangkan untuk menghasilkan foto yang mempunyai unsur jurnalistik menurut Ano harusu melatihnya mulai dari dini secara berulang-ulang sehingga insting memotret jauh lebih terasah.
"Dulu waktu saya belajar, saya setiap hari membawa kamera entah itu pocket atau DSLR. Saya berlatih sebagai mata turis. Tapi saya bisa bilang ini bagus nih. Saya foto aja dulu," ujarnya.
Komunitas Fotografi TKI di Korsel (Foto: Dok. Ary Sulist)
zoom-in-whitePerbesar
Komunitas Fotografi TKI di Korsel (Foto: Dok. Ary Sulist)
Selain berlatih, kepada para TKI, Ano menjelaskan sering kali meluangkan waktunya untuk melihat karya-karya dari orang lain sehingga bisa memberikan gambaran tentang karya foto tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saya juga melihat karya-karya orang entah itu karakter orang. Saya lihat sekaligus melatih atau menampung frame di Otak kita. Itu saya lakukan berulang-ulang,” pesannya.
Workshop fotografi untuk TKI di Korsel. (Foto: Dok. KBRI Korsel)
zoom-in-whitePerbesar
Workshop fotografi untuk TKI di Korsel. (Foto: Dok. KBRI Korsel)
Setelah workshop, akan ada lomba foto bertema 'Street Photography' untuk para TKI yang sudah mengikuti pelatihan. Mereka akan mendaftarkan akun di kumparan, lalu memajang hasil foto-fotonya di kumparan. Sekitar 20 fotografer terbaik akan diikutsertakan dalam workshop lanjutan di Korea Selatan lalu berburu foto bersama Ano di Seoul.
Anda bisa memantau hasil karya mereka di topik ‘Lomba Foto BNI’.