TKN Tanggapi Film Dirty Vote: Narasi Kebencian Bernada Asumtif, Tidak Ilmiah

11 Februari 2024 15:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
Konferensi pers TKN Prabowo-Gibran terkait film berjudul Dirty Vote, di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Minggu (11/2/2024). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers TKN Prabowo-Gibran terkait film berjudul Dirty Vote, di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Minggu (11/2/2024). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan.
ADVERTISEMENT
TKN Prabowo-Gibran menanggapi perilisan film Dirty Vote, film dokumenter yang mengungkap desain kecurangan Pemilu 2024.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman, menyebut bahwa film tersebut justru mengutamakan narasi kebencian dan tuduhan yang disampaikan tidak ilmiah.
"Soal beredarnya apa yang disebut film judul Dirty Vote, sejak kemarin ringkasannya beredar, tapi baru tadi jam 11 versi utuh kita bisa tonton dan lihat," ujarnya saat konferensi pers di Media Center Prabowo-Gibran, Minggu (11/2).
"TKN menanggapi sebagai berikut. Bahwa di negara demokrasi semua orang memang bebas menyampaikan pendapat. Namun, perlu kami sampaikan bahwa sebagian besar yang disampaikan film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang bernada asumtif, dan sangat tidak ilmiah," lanjut Habiburokhman.
Ia pun turut mempertanyakan kapasitas tokoh yang terlibat dalam film tersebut. Adapun yang terlibat adalah 3 ahli hukum tata negara yakni Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari.
ADVERTISEMENT
"Saya mempertanyakan kapasitas tokoh-tokoh yang ada di film tersebut, di rekaman tersebut," kata dia.
"Dan saya kok merasa sepertinya ada tendensi, keinginan untuk mensabotase pemilu. Bukan mensabotase lah, ingin mendegradasi pemilu ini, dengan narasi yang yang sangat tidak mendasar," ucapnya.
Lebih lanjut, politikus Partai Gerindra itu menyebut bahwa film ini sengaja dirilis di hari masa tenang pemilu.
"Jadi saya pikir, memang sengaja didesain untuk diluncurkan di masa tenang ini. Ya karena cara-cara yang fair untuk bertarung secara elektoral sudah tidak mampu lagi mereka lakukan," pungkas Habiburokhman.