Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
TNI Ubah Doktrin Perang: Tak Lagi Tradisional, Fokus ke Teknologi dan Siber
31 Januari 2025 15:08 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto bicara terkait perubahan signifikan dalam doktrin militer saat ini. Menurutnya, negara lain sudah tak lagi menerapkan doktrin perang tradisional.
ADVERTISEMENT
“Doktrin yang kita gunakan, itu masih produk lama sedangkan kemarin saya ke Australia, taktik infanteri 100% diubah dan mereka berubah doktrin selama 3 atau 5 tahun diubah,” kata Agus dalam Rapim TNI 2025 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (31/1).
Agus menilai bahwa reformasi yang terjadi di tubuh TNI dalam beberapa dekade terakhir berkontribusi pada pelemahan institusi.
“Sejak proses reformasi, sampai dengan sekarang, dulu saya masih letnan kita sudah tahu bahwa ini ada pelemahan kepada kita akhirnya sekarang kita yang merasakan,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal ini, Agus meminta semua personel TNI menjadi agen perubahan dan tidak takut dengan pembaruan.
Perubahan doktrin ini akan mencakup seluruh matra TNI. Agus mencontohkan bagaimana peperangan modern telah berubah drastis, terutama dengan penggunaan teknologi.
ADVERTISEMENT
“Misalnya kalau dulu kan perang itu masih tradisional, dulu menggunakan, seperti sekarang kan menggunakan drone yang kamikaze pakai AI, membunuh orang itu tinggal pakai setel saja drone wajah seseorang dia bisa mengejar ke sana,” jelasnya.
Selain itu, perubahan juga akan terjadi di taktik infanteri. Jika sebelumnya pasukan bergerak dengan berjalan kaki, kini infanteri harus lebih mengandalkan kendaraan mekanis untuk mobilitas yang lebih tinggi.
“Jadi doktrin kita misalnya infanteri yang dulu mungkin infanteri jalan kaki, sekarang itu infanteri sudah menggunakan kendaraan, mekanis, itu untuk darat, mungkin untuk lautnya, submarine, kapal selamnya juga mungkin yang canggih bisa jelajahnya di bawah laut bisa lebih dalam lebih jauh, lebih lama kemudian angkatan udara juga yang lebih canggih dari beberapa negara yang kita pesan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT