Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Prof. Humam Hamid, seorang Guru Besar di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, menilai Anies Baswedan sebagai seorang pemimpin yang telah menjalani perjalanan karier yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Anies Baswedan menjadi bacapres yang diusung Koalisi Perubahan. Pasangan bakal capres-cawapres, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, mengusung visi perubahan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan.
"Anies Baswedan telah melalui semua tahapan untuk menjadi pemimpin. Dari aktivis, jadi rektor, mengirimkan anak-anak untuk menjadi guru di pelosok, hingga menjadi seorang menteri dan gubernur," ujar guru besar yang fokus pada isu perdesaan dan pertanian saat wawancara dengan The Spokesperson ID --platform video Anies Baswedan-- di Banda Aceh.
Prof. Humam Hamid merupakan seorang tokoh intelektual terkemuka di Aceh dan memiliki peran kunci dalam mendorong perdamaian di wilayah tersebut. Dia juga menjadi Dewan Pengarah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Tsunami Aceh.
Selain itu, dia juga menyoroti pendekatan kemanusiaan yang diambil oleh Anies dalam pembangunan di Jakarta. "Anies merupakan gubernur yang melakukan pendekatan kemanusiaan dalam pembangunan. Itu yang tidak saya lihat di gubernur Jakarta sebelumnya."
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Prof. Humam mengungkapkan Anies Baswedan memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika kawasan internasional.
"Anies Baswedan merupakan orang yang bisa membaca eksternal dengan baik dan juga mampu membaca kondisi internal. Ia mampu mengetahui dinamika kawasan dengan baik. Lihat saja bagaimana Anies diterima dengan baik di berbagai negara seperti Singapura, Australia, Jepang, dan lainnya," tambah Prof. Humam.
Dalam akhir wawancara, Prof. Humam Hamid mengungkapkan harapannya terhadap masa depan Aceh.
"Harapan ke depan tentang Aceh adalah perubahan. Karena masyarakat Aceh percaya bahwa yang kekal adalah perubahan, dan Aceh butuh perubahan" tutup sosok ilmuwan yang memiliki perhatian terhadap isu perdesaan ini.
(LAN)