Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Tokoh Masyarakat Bilang Tanggul Justru Bikin Pantai Teluk Banyak Sampah
25 April 2024 2:50 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Tokoh masyarakat Desa Teluk, Jumemi alias Abang Otoy (50), mengungkapkan kondisi Pantai Teluk, di Kabupaten Pandeglang, banyak sampah sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam.
ADVERTISEMENT
Namun menurutnya, seiring semakin padatnya jumlah penduduk di Kecamatan Labuan menjadi faktor semakin menumpuknya sampah di pesisir Pantai Teluk.
"Jadi ceritanya masalah sampah ini dari dulu juga sudah ada, dari saya kecil sudah ada. Cuma enggak separah seperti sekarang, karena ini kan tingkat manusianya makin banyak, ditambah kesadaran masyarakatnya yang tidak seimbang," kata Jumemi kepada kumparan, Rabu (24/4).
Selain itu, diungkapkan Jumemi, keberadaan break water atau tanggul pemecah ombak yang dibangun sekitar tahun 2001 di area Pantai Teluk menjadikan faktor lain menumpuknya sampah di pesisir Pantai Teluk.
Sebab, lanjut Jumemi, keberadaan tanggul justru membuat sampah yang dibuang warga sekitar terjebak sehingga harus terdampar di pesisir Pantai Teluk.
Terlebih, lanjutnya, tidak adanya pemeliharaan terhadap area tanggul yang sudah dibangun membuat perairan Pantai Teluk menjadi dangkal. Sehingga sampah yang dibuang ke laut justru kembali ke pinggiran pantai.
ADVERTISEMENT
"Betul (tanggul jadi masalah), karena itu bikin dangkal. Kalau dulu saya kecil itu dalem. Dan sampah yang nyangkut dan menumpuk juga yang menyebabkan terjadi pendangkalan, kemudian (sampah) sudah ke darat itu akhirnya mandek, enggak kebawa lagi ke laut," terangnya.
"Jadi break water itu yang ada saat ini kalau menurut saya jadi masalah, kalau dulu sebelum ada break water itu biasa saja, tapi setelah ada itu kayak ikan masuk ke dalam perangkap. Sampah yang masuk enggak bisa keluar lagi," sambung Jumemi.
Meski begitu, Jumemi pun mengungkapkan dirinya tak menolak rencana Pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk membuat tanggul permanen di perairan Pantai Teluk guna mencegah masuknya sampah dari laut ke pinggiran pantai.
Namun, ia menegaskan agar pemerintah rutin melakukan pemeliharaan terhadap tanggul yang akan dibangun sehingga tidak menambah masalah baru terhadap sampah di Pantai Teluk.
ADVERTISEMENT
"Kalau memang nanti sudah ada tanggul itu harus ada pemeliharaan, salah satunya pengerukannya. Seperti sekarang, sudah dangkal tapi belum pernah dilakukan pengerukan dari mulai pertama dibangun, kalau enggak salah sejak tahun 2001," kata Jumemi.
"Dan kalau memang nanti dibikin tanggul ya harus rapi, kalau rapi insyaallah ke daratnya juga ikut rapi," imbuhnya.
Untuk itu, ia pun berharap pemerintah daerah turut melakukan pembenahan terhadap tanggul yang sudah ada agar tidak terjadi pendangkalan.
"Tolong ini (tanggul) dibenahi, biasanya sampah ke darat itu akibat adanya pendangkalan. Kalau ini kan pembiaran, karena tidak ada pemeliharaan. Kemudian harapan saya sebagai masyarakat pesisir itu adalah tingkat kesadarannya dulu ditumbuhkan," tegasnya.
Sementara itu Bupati Pandeglang Irna Narulita meminta agar Pemerintah Provinsi Banten untuk dibuatkan break water atau tanggul pemecah ombak permanen di perairan Pantai Teluk guna mencegah sampah dari laut masuk ke pinggiran pantai.
ADVERTISEMENT
Irna mengaku, tanggul sementara dari bambu yang telah dibuatnya pasca dibersihkan oleh Pandawara Group pada bulan Mei 2023 silam telah hancur diterjang gelombang besar sehingga bikin sampah menumpuk.
"Intinya kami minta dibangun tanggul atau DAM di situ (Pantai Teluk), sehingga setelah dibuat, kan Pantai Teluk ini cekungan, lebib rendah, tempat nyaman buat numpuk sampah. Tapi kalau dibuat tanggul, sampah ga numpuk di situ, karena dibuat tinggi tanggulnya," ungkap Irna.