Tokoh Nasional Sowan ke Gus Mus: Sampaikan Keresahan yang Disebut Drama

12 November 2023 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konfrensi pers sejumlah tokoh usai bertemu Gus Mus atau  K.H. Ahmad Mustofa Bisri. Foto: Youtube/ GITA Kita
zoom-in-whitePerbesar
Konfrensi pers sejumlah tokoh usai bertemu Gus Mus atau K.H. Ahmad Mustofa Bisri. Foto: Youtube/ GITA Kita
ADVERTISEMENT
Sejumlah tokoh nasional dan lintas agama mulai dari eks Menteri Agama Lukman Hakim, Erry Riyana Hardjapamekas, hingga Gunawan Muhammad, sowan ke Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus di Rembang, Jawa Tengah, siang ini.
ADVERTISEMENT
Tokoh-tokoh tersebut menyambangi Gus Mus untuk menyampaikan keresahan tentang dinamika politik menjelang pilpres.
Keresahan yang dimaksud berkaitan dengan polemik batas usia capres-cawapres di Mahkamah Konstitusi dan pelanggaran etik Hakim MK Anwar Usman.
Koordinator rembuk, Alif Iman Nurlambang, mengatakan dalam pertemuan, Gus Mus juga merasakan keresahan yang sama. Alif pun mengungkap Gus Mus berpesan agar pertemuan serupa terus digelar untuk menyuarakan keresahan itu kepada para elite pemerintahan.
"Pertemuan urun rembuk terus-menerus ini (harus) terus diperbesar sebanyak mungkin. Saya mengutip Gus Mus, (ini untuk) memberikan nasihat kepada kekuasaan, kepada elite politik bahwa apa yang sedang berlangsung itu melukai perasaan kita semua. Adapun kata-kata melukai belakangan kan disebut drama, sinetron, kebanyakan drakor," kata Alif dalam konpers Majelis Permusyawaratan Rembang di YouTube Gita Kita, Minggu (12/11).
ADVERTISEMENT
"Tapi itulah yang perlu dilakukan oleh para budayawan tokoh-tokoh lintas agama, iman, dan keyakinan kemudian juga para pembela pembela demokrasi pejuang-pejuang HAM juga termasuk mereka yang bekerja di ruang anti-korupsi seperti Pak Erry Riana dan kawan-kawan," imbuh dia.
Alif memandang situasi politik saat ini dapat diibaratkan dengan 'republik rasa kerajaan'. Berkaitan dengan ini, Alif mengatakan juga ada pesan dari Gus Mus untuk mengembalikan masyarakat maupun elite kembali pada konsep kebudayaan.
"Kalau mengutip puisi Gus Mus kan kita tengah menghadapi satu materi dengan rasa yang berbeda, termasuk materi republik dengan rasa kerajaan. Gus Mus sendiri beberapa kali dalam banyak pertemuan ceramah, diskusi, selalu menyebutkan bahwa rasanya sudah waktunya di Indonesia ini kebudayaan lah yang menjadi panglima," ujar dia.
ADVERTISEMENT
"Dua garis besar pertemuan tadi adalah penting kiranya kita semua yang memang prihatin dengan situasi sekarang. Situasi ketika demokrasi Indonesia ini diontang-anting diayun-ayun. Kekuasaan terpusat di eksekutif, kemudian MK sebagaimana buktinya ditemukan majelis kehormatan MK ada intervensi dari yudikatif ke lembaga konstitusional itu," tambahnya.
Konfrensi pers sejumlah tokoh usai bertemu Gus Mus atau K.H. Ahmad Mustofa Bisri. Foto: Youtube/ GITA Kita
Situasi saat ini pun dinilai mengancam asas jujur dan adil pada Pemilu 2024 mendatang. Sehingga Gus Mus menekankan, pertemuan untuk menyuarakan keresahan-keserahan tersebut harus terus dilakukan.
"Gus Mus menganjurkan agar pertemuan dilakukan juga untuk menyerukan kepada warga masyarakat, bahwa kita harus saling memahami situasi sekarang itu tidak enak. Kalau kita boleh ngutip kata Pak Jokowi sendiri, Indonesia sedang tidak baik-baik saja," jelasnya.
"Karena itu, nasihat-nasihat penting disampaikan juga kepada warga negara agar situasi tetap bisa adem, kekecewaan bisa disalurkan melalui saluran demokratis sehingga sama-sama memperingatkan agar penguasa juga elite," tandas dia.
ADVERTISEMENT
Pertemuan tersebut turut dihadiri Omi Komaria Madjid hingga menantu Gus Mus, Wahyu Salvana. Sejumlah tokoh yang tak dapat hadir langsung di Rembang mulai dari istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid, Renald Kasali, Natalya Soebagyo, hingga pendeta Gomar Gultom juga disebut mendukung rembuk tersebut.
Putusan nomor 90 di Mahkamah Konstitusi terkait syarat capres-cawapres boleh berusia 40 tahun asal sudah menjabat kepala daerah masih menuai kritik publik. Sebab putusan ini dinilai pemulus bagi putra Jokowi, Gibran Rakabuming, maju menjadi cawapres.
Terlebih menurut Mahkamah Kehormatan MK, Hakim Anwar Usman yang juga merupakan paman Gibran terbukti melanggar etik terkait putusan nomor 90 tersebut. Di sisi lain, putusan nomor 90 terkait batas usia tersebut masih diputuskan tetap berlaku.
ADVERTISEMENT