TPN: Debat ke-4 Buka Mata Kita, Mau Masuk ke Kelompok Buta Tuli dari Kebenaran?

22 Januari 2024 17:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Caleg DPR RI Rieke Diah Pitaloka (Oneng) bernyanyi bersama simpatisan PDIP di Taman Marakas, Pondok Ungu Permai, Kabupaten Bekasi, Kamis (14/12/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Caleg DPR RI Rieke Diah Pitaloka (Oneng) bernyanyi bersama simpatisan PDIP di Taman Marakas, Pondok Ungu Permai, Kabupaten Bekasi, Kamis (14/12/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Dewan Pakar TPN Ganjar-Mahfud, Rieke Diah Pitaloka, menilai debat keempat pilpres, Minggu (22/1), telah membuka mata publik soal kualitas paslon.
ADVERTISEMENT
Rieke menyoroti paslon yang bisa maju dengan perubahan aturan di Mahkamah Konstitusi. Mereka adalah paslon 02 Prabowo-Gibran.
"Perdebatan semalam mungkin juga jalan dari Allah ya. Bahwa keputusan MK, bisa seperti ini sekarang, akhirnya kemudian sangat sulit kami turun yang ke lapangan," kata Rieke di Media Center TPN, Senin (22/1).
"Tidak mudah pemilu yang kali ini karena kalau termasuk saya mungkin, kiri kanan saya dulunya aktivis, bahkan Mas Anies dan Cak Imin itu aktivis dulunya, Mas Ganjar dan Pak Mahfud juga aktivis dan kita melawan sesuatu yang dulu kita lawan, dan ini menjadi catatan penting," imbuh dia.
Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka saat Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024). Foto: Dok. Istimewa
Menurut Rieke, dalam debat semalam, seharusnya publik dapat melihat mana calon pemimpin yang paham persoalan masyarakat, hingga geopolitik.
ADVERTISEMENT
"Allah membukakan penglihatan kita semua, apakah kita mau masuk ke kelompok orang yang dibuta-tulikan, tidak mendengar kebenaran. Bukan disabilitas, tapi buta tuli terhadap kebenaran. Apa yang disampaikan ditampilkan, gestur dari seorang cawapres semalam justru saya melihat sisi posisinya," ujar dia.
"Allah sedang membuka mata kita semua, apakah seperti ini pemimpin yang bisa memimpin Indonesia. Bukan hanya secara nasional, tetapi juga dalam konteks geopolitik dan geoekonomi, ada indikasi perang dunia ketiga, dan sebagainya. Saya kira rakyat mengerti," tandasnya.