Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
TPN: Pemilu 2024 Paling Menegangkan, Semua Rasakan Tekanan Penguasa
29 Desember 2023 22:36 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Wakil Deputi Hukum Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Henry Yosodiningrat, menilai Pemilu 2024 menjadi paling menegangkan dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Ini karena adanya berbagai tekanan dari penguasa. Menurut Henry, fenomena tersebut juga dirasakan oleh masyarakat.
"Saya merasakan pemilu kali ini pemilu yang paling menegangkan. Kenapa? Karena semua denyut nadi masyarakat kita ini merasakan adanya tekanan-tekanan dari penguasa," ucap Henry di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Gondangdia, Jumat (29/12).
"Tolong hentikan tekanan-tekanan itu, jangan hanya karena takut, karena mempertahankan jabatan, takut dengan penguasa tapi mengkhianati bangsa ini," imbuh dia.
TPN memandang keberpihakan penguasa di pemilu kali ini sangat terasa. Pihaknya bahkan mengeklaim mendengar banyak laporan pelanggaran yang ditolak oleh Bawaslu hingga KPU.
Sementara laporan pelanggaran lainnya dinilai tak diproses dengan semestinya.
"Terkait kriminalisasi dan sebagainya. Saya ingin menyampaikan satu harapan ya kepada pemerintah. Sekarang ini yang dihadapi oleh masyarakat bukan peserta Pemilu atau pasangan calon ya. Yang dirasakan masyarakat adalah keberpihakan penguasa, keberpihakan penguasa di sini ya KPU misalnya, termasuk kecurangan," ujar dia.
Menurutnya, beberapa pendukung Ganjar-Mahfud bahkan sampai takut mengenakan atribut karena khawatir akan mendapat intimidasi.
ADVERTISEMENT
"Saya mendengarkan keluhan bahwa mereka waktu di lapangan, waktu pertemuan-pertemuan, mereka berani memakai kaus atau seragam dari satu pasangan calon. Tapi ketika mereka sudah kembali ke lingkungannya mereka takut. Mereka nggak berani untuk pakai di situ," tuturnya.
"Bukan dengan tetangganya mereka takut karena perbedaan, tapi ada intimidasi-intimidasi dari pihak tertentu. Bukan cerita hoaks, yang ada aparat. Misalnya RT, RW dimaki-maki kepala desa, kaitannya untuk berpihak ke salah satu pasangan calon itu terdapat di mana-mana," pungkas dia.