Tradisi 'Ngeleb' di Sleman: Mengakali Air Irigasi untuk Menghidupkan Sumur

3 Oktober 2023 19:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sumur yang digunakan untuk PAM dusun. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sumur yang digunakan untuk PAM dusun. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kekeringan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membuat sejumlah wilayah kekeringan, tak terkecuali di Dusun Sejati Desa, Kalurahan Sumberarum, Moyudan, Kabupaten Sleman.
ADVERTISEMENT
Namun, warga di sana punya cara unik untuk mengatasi kekeringan ini.
"Tradisi nenek moyang kita kalau kemarau itu suka ngeleb (membasahi daratan) dari air irigasi," kata Ketua PAM Dusun Sejati Desa, Bandiyo, ditemui, Selasa (3/10).
Kata PAM merujuk pada istilah "Perusahaan Air Minum", namun PAM dusun ini bukan berbentuk sebuah "perusahaan", biaya operasionalnya ditanggung warga bersama-sama.
Pipa untuk ngeleb. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Tradisi tersebut sudah lama tiada, lalu karena kemarau yang panjang ini sudah 2 bulan ngeleb kembali dilakukan warga. Dengan begitu sumur yang digunakan untuk PAM tidak kehilangan debit air.
"Akhirnya kita kebetulan punya sarana diesel yang ada pompanya akhirnya kita buat untuk ngelebi sumur," kata Bandiyo.
Jika zaman dahulu ngeleb dilakukan dengan mengangkut air, kini ngeleb dilakukan dengan bantuan pompa diesel.
Sumur yang digunakan untuk PAM dusun. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Air di aliran Kali Progo diambil dan dialirkan ke tanah di sekitar sumur. Kebetulan tanah di samping sumur berpasir sehingga lebih mudah diserap. Proses ini membuat air yang dari sungai menjadi bersih karena sudah terserap ke dalam tanah.
ADVERTISEMENT
"Tidak langsung sumur, jadi taruh sekitar sumur nanti air meresap ke sumur jadi sumber. Biar ada penyaringan," katanya.
Ngeleb atau proses mengairi sekitar sumur ini dilakukan selama 5 jam. Satu kali ngeleb bisa untuk mengairi kebutuhan rumah tangga 135 kepala keluarga (KK) selama 2 hari.
"Baru kali ini ngeleb, kemarau kemarin-kemarin belum," katanya.

Tak Perlu 'Dropping' Air

Warga menunjukkan sumur yang digunakan untuk PAM dusun. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Bandiyo mengatakan dengan cara ini, dusunnya tidak memerlukan bantuan dropping air dari pemerintah seperti daerah lain. Bantuan air itu bisa digunakan untuk daerah lainnya.
"Cukup dengan itu (sumur). Bantuan bisa untuk daerah lainnya yang tidak punya solusi lain," katanya.
Dibanding bantuan air, mereka justru lebih membutuhkan bantuan pompa baru karena pompa yang digunakan saat ini sudah cukup lama.
ADVERTISEMENT
Menurutnya yang susah dalam proses ngeleb ini adalah mengangkat diesel karena bobot cukup berat.
"Kalau ditinggal di Kali Progo kan nanti ilang. Kalau ngelebnya yang berat," katanya.
"Tambahan di luar perencanaan ya solar itu. Sebenarnya hemat kalau solar 15 liter bisa untuk 2 kali ngeleb. Sekali ngeleb 7,5 liter," katanya.
Sumur yang digunakan untuk PAM dusun. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Dia mengatakan sepanjang Kali Progo baru dusun ini yang menggunakan cara ini untuk mengatasi kekeringan.
"Baru di sini. Tapi belum tentu juga karena daerah lainnya belum tentu seperti kita pinggirannya (pasir). Ada yang sulit (untuk meresap)," katanya.

202 KK Terdampak Kekeringan

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Bambang Kuntoro mengatakan hingga September tercatat ada 202 KK yang terdampak kekeringan di Sleman.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk Dusun Sejati Desa memang memiliki cara tersendiri untuk mengatasi kekeringan.
"Mereka punya tradisi mengangkat air dari Kali Progo disedot menggunakan diesel itu kemudian pakai selang 3 inci airnya selama 7 jam diairkan di tanah sekitar sumur resapan," kata Bambang.
Warga menunjukkan sungai yang menjadi sumber air untuk ngeleb. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan