Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Tragedi CPNS Bakamla Meninggal saat Training: Sudah Dicek; Gagal Hati Akut
21 September 2022 8:30 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Seorang CPNS Bakamla bernama Muhammad Ary Adithya Hasibuan meninggal dunia saat tengah menjalani pelatihan Coast Guard Basic Training (CGBT).
ADVERTISEMENT
Kabar kematian Ary viral di media sosial setelah seorang netizen yang mengaku sebagai sahabat Ary mengunggah sebuah tulisan. Dia menjelaskan bahwa Ary merupakan lulusan DIII Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN, berasal dari Medan, dan kelahiran tahun 1998.
Tak lama, kabar tersebut telah dibenarkan oleh Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Aan Kurnia.
“Benar bahwa salah satu siswa CGBT Bakamla RI meninggal dunia saat menempuh pelatihan. Saya selaku Kepala Bakamla RI mewakili seluruh keluarga besar Bakamla RI menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya Ary Hasibuan,” ujar Aan melalui keterangan tertulis, Selasa (20/9).
Aan menjelaskan, CGBT merupakan pendidikan dasar yang harus dilalui oleh seluruh personel yang baru akan bergabung dan dinyatakan lulus menempuh rangkaian tes penerimaan sebelumnya. Ia menegaskan bahwa tes itu bukanlah bentuk bentuk pelatihan militer, sebagaimana yang kini viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
”Namun demikian, CGBT bukanlah pelatihan militer. Pelatihan ini lebih bernuansa pelatihan bela negara dan disesuaikan dengan porsi tupoksi Bakamla RI,” tegas Aan.
Berikut sejumlah fakta soal kabar duka tersebut:
Kronologi meninggalnya Ary
Aan menuturkan bahwa Ary turut serta bergabung dan menempuh CGBT yang digelar di Sidoarjo dan Surabaya, Jawa Timur, bersama rekan seangkatannya.
Sebelum menempuh pelatihan, serangkaian tes kesehatan pun dipastikan Aan menjadi syarat wajib untuk dilakukan oleh seluruh peserta. Dari tes itulah diketahui bahwa Ary memiliki riwayat penyakit yang membutuhkan perhatian khusus.
”Hasil tes menyatakan bahwa Ary memiliki riwayat penyakit dan membutuhkan perhatian khusus. Namun demikian, Ary tetap menempuh CGBT dengan intensitas latihan yang lebih ringan dari rekan sejawatnya,” ungkap Aan.
ADVERTISEMENT
Aan mengungkapkan, Ary meninggal saat tengah berlari sore. Saat itu Ary langsung dibawa ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan medis. Namun takdir berkata lain, malam harinya Ary meninggal dunia.
”Ary dibawa ke RS saat jalan mengikuti rekan seangkatannya yang sedang lari sore. Dan segera mendapatkan penanganan dari RS namun Ary setelah dirawat, kondisi semakin menurun dan meninggal malam hari," kata Aan.
Setelah dinyatakan meninggal dunia oleh pihak RS, pihak Bakamla pun membantu proses pengantaran jenazah ke rumah keluarganya di Medan. Termasuk membantu pelaksanaan pemakaman bagi Ary.
Saat Dicek Kesehatan Ary Alami Obesitas
Kepala Humas dan Protokol Bakamla Kolonel Wisnu Pramandita mengatakan, saat dilakukan tes kesehatan, almarhum Ary diketahui mengalami obesitas. Tim juga sudah memberi tanda khusus.
ADVERTISEMENT
”Jadi sebelum mengikuti CGBT dilaksanakan medical check up, hasilnya memang yang bersangkutan obesitas dengan bobot sampai 120 Kg,” ujar Wisnu.
”CPNS dengan catatan khusus ini kemudian menjadi ’tanda perhatian khusus’ dalam latihan diberikan tanda tersebut sehingga pelatih tentu akan memperhatikan,” sambungnya.
Ary Alami Gagal Hati Akut
Wisnu mengatakan gagal hati akut jadi alasan di balik meninggalnya Ary. Menurunnya kondisi Ary, menurut Wisnu, pertama kali diketahui saat ia tengah menerima perawatan medis di klinik milik Bakamla. Tak lama Ary mengalami penurunan kesadaran yang membuat pihak Bakamla memutuskan untuk melarikannya ke RSAL.
”Pada saat ada di sekitar klinik, almarhum sempoyongan, langsung di bawa ke klinik untuk dicek, karena ada penurunan kesadaran, langsung dilarikan ke RSAL sore hari dan mendapatkan penanganan oleh tim dokter RSAL, tetapi kesadaran ternyata terus menurun dan akhirnya dinyatakan meninggal malam hari dengan dugaan gagal hati akut oleh tim dokter RSAL,” ujar Wisnu.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut memang Ary memiliki kondisi khusus. Hal itu menurut Wisnu diketahui dari pemeriksaan kondisi kesehatan para peserta sebelum mengikuti pelatihan yang disebut berlangsung selama tiga bulan itu.
Bakamla Lakukan Evaluasi
Atas kejadian tersebut, pihak Bakamla langsung melakukan evaluasi. Menurut Wisnu, evaluasi dilakukan karena tak ingin kejadian serupa terulang kembali dalam proses CGBT di Bakamla.
”Kami sudah sangat berhati-hati. Bahkan CPNS pun yang masuk Bakamla telah lolos tes kesehatan dan tes jasmani. Tim Bakamla tengah melakukan evaluasi dengan tim dari Kodiklatal. Namun secara prosedur sebenarnya sudah dilakukan,” tandasnya.
Live Update