Situasi mencekam di Pintu 13, Stadion Kanjuruhan , Sabtu malam, 1 Oktober 2022 itu, masih terekam jelas di benak Adi, supoter Arema asal Desa Pakisaji, Kabupaten Malang. Adi—yang meminta namanya disamarkan—tak punya banyak pilihan untuk menyelamatkan diri dari lautan suporter yang tersengat asap gas air mata yang ditembakkan polisi.
Semula, Adi berada di Tribun 14. Saat gas air mata menghajar, ia dan semua orang di sekelilingnya panik. Mereka mendengar tiga kali tembakan gas air mata, diarahkan beruntun ke Tribun 10, 11, dan 12. Adi sempat mengira suara letusan itu adalah petasan. Namun, segera setelah asap mengepul, napas Adi berat dan matanya terasa terbakar. Ia langsung sadar tengah merasakan efek gas air mata.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814