Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengubah konsep Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Jakarta menjadi Rumah Sehat untuk Jakarta pada Rabu (3/8). Ini merupakan penjenamaan yang dilakukan Anies untuk RSUD di Jakarta. Setelah peresmian tersebut, seluruh rumah sakit umum daerah di Jakarta memiliki konsep baru, yaitu Rumah Sehat untuk Jakarta.
ADVERTISEMENT
Penjenamaan ini tidak sesederhana perubahan nama belaka. Lebih jauh dari itu, ada sebuah upaya untuk mengubah konsep berpikir masyarakat dalam melihat fungsi rumah sakit.
“Jadi datang ke rumah sehat, untuk menjadi sehat dan lebih sehat. Mulai melakukan medical and mental health check up, vaksinasi dan imunisasi, serta berbagai kegiatan yang bersifat promotif preventif lainnya. Sehingga rumah sehat ini dirancang benar-benar membuat kita berorientasi pada hidup sehat, bukan sekadar berorientasi sembuh dari sakit,” kata Anies pada peluncuran Penjenamaan Rumah Sehat untuk Jakarta di RSUD Cengkareng, Rabu (3/8).
Anies ingin konsep Rumah Sehat untuk Jakarta menyadarkan masyarakat Jakarta terhadap pentingnya menjaga kesehatan. Dengan demikian, masyarakat akan lebih peduli tentang kesehatan dan tetap datang ke rumah sakit meski tidak sedang sakit.
ADVERTISEMENT
“Dengan penjenamaan ini, kami berharap, masyarakat akan memandang rumah sehat dengan cara pandang berbeda. Apalagi, dalam bahasa internasional, rumah sakit diartikan sebagai hospital dari hospitality, yakni keramahan. Harapannya, melalui penjenamaan ini juga percakapan di rumah-rumah pun berbicara tentang sehat, bukan sakit, karena alam bawah sadar kita menggarisbawahi itu,” jelasnya.
Meskipun secara simbolis dilakukan di RSUD Cengkareng, penjenamaan ini memang dilakukan serentak di seluruh rumah sakit umum daerah di Jakarta.
Selain penjenamaan nama, logo rumah sakit juga turut berubah. Ini menunjukkan bahwa seluruh RSUD di Jakarta terafiliasi dalam satu ikatan yang sama, yaitu di bawah naungan Pemprov DKI Jakarta.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti berharap, pembaruan ini dapat menjadi wajah baru bagi pelayanan kesehatan rujukan di DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Rumah Sehat untuk Jakarta merupakan sebuah penjenamaan layanan kesehatan milik Pemprov DKI Jakarta yang sebelumnya merupakan 31 RSUD. Sebelumnya kita memiliki logo yang berbeda-beda, kini menjadi satu logo yang sama. Logo Penjenamaan Rumah Sehat untuk Jakarta terinspirasi dari kelopak bunga melati gambir, yang merupakan salah satu bunga khas Jakarta yang tidak hanya indah, namun juga memiliki manfaat kesehatan sebagai obat,” jelas Widyastuti.
Transformasi Rumah Sehat Untuk Jakarta di Mata Para Ahli
Dokter Hermawan Saputera SKM,MKM, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), menyatakan, ada dampak positif bagi masyarakat mengenai perubahan nama ini.
“Dari perspektif kesehatan masyarakat, akademisi, dan peneliti, melihatnya ini memang lebih ke kampanye psikologis dan orientasi layanan yang identik dalam keadaan sehat. Tidak konotasi negatif, itu justru menimbulkan semangat untuk lebih baik,” kata Hermawan kepada Kumparan, Senin (8/8).
ADVERTISEMENT
Hermawan melihat, perubahan nama ini akan mengubah pola pikir masyarakat, dari yang semula melihat rumah sakit sebagai tempat untuk orang-orang sakit, menjadi tempat yang lumrah didatangi masyarakat untuk menjaga kesehatan.
Sehingga, kesan negatif yang awalnya identik dengan kata sakit, perlahan-lahan mulai tergantikan dengan kata sehat.
“Pemerintah DKI ingin menekankan simbol dan kampanye agar orang yang datang itu tidak diidentikkan dengan orang yang sakit. Tetapi, orang yang sehat bisa dikembalikan kesehatannya, bahkan psikologi dan mental harus dalam keadaan sehat, supaya kesehatan jasmani bisa lebih segar dan bisa kembali pulih serta sehat,” jelasnya.
Namun, Hermawan menyadari, perubahan pola pikir yang berorientasi kesehatan ini memang tidak serta merta terjadi. Harus melalui tahapan yang cukup panjang, karena hal ini menyangkut pola pikir masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
“PR besar kita secara regulasi. Kita ini perlu adanya upaya sistematis untuk mengubah paradigma (rumah sakit) ini, kemudian juga termanifestasi (di tengah masyarakat) itu tidak mudah, karena prosesnya panjang,” tuturnya.
Meskipun harus melalui tahapan, perubahan pola pikir ini sudah mulai tertanam dalam benak masyarakat. Tamim (37), salah satu pasien RSUD Tarakan, Jakarta, mengaku, mulai menyadari bahwa rumah sakit memang bukan hanya diperuntukkan bagi orang sakit saja.
“Medical check up memang penting. Dan itu, menurut saya, salah satu fungsi rumah sakit untuk menjaga kesehatan,” kata Tamim kepada Kumparan.
Awalnya, ia mengikuti medical check up hanya untuk mengikuti regulasi dari program yang sedang dijalaninya. Namun, dengan melakukan medical check pp, ia menyadari bahwa ia bisa melakukan langkah preventif, untuk menyadari penyakit lebih dini sebelum jatuh sakit.
ADVERTISEMENT
Peningkatan layanan medical check up memang merupakan salah satu layanan yang sedang dikedepankan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Lebih lanjut tentang transformasi rumah sehat ini, Pemprov juga mulai menyediakan pelayanan kesehatan secara digital.
Dalam prosesnya, Dinas Kesehatan berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengintegrasikan Rekam Medik Elektronik dengan platform SATU SEHAT.
Platform ini memungkinkan seluruh rekam medik di seluruh fasilitas kesehatan milik Pemprov DKI Jakarta terintegrasi dalam satu sistem, sehingga masyarakat yang ingin pindah rujukan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain akan mudah perpindahan data rekam medisnya.
Selain itu, Rumah Sehat Untuk Jakarta menyajikan pula fitur pendaftaran online, layanan upaya kesehatan berbasis masyarakat seperti skrining penyakit tidak menular, skrining kesehatan jiwa, skrining calon pengantin, pencatatan imunisasi, serta informasi dan edukasi lainnya yang terintegrasi di dalam satu platform JakSehat.
ADVERTISEMENT