Transformasi MRT Jakarta: Dari Alat Transportasi hingga Sarana Rekonsiliasi

17 Juni 2021 14:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kereta MRT di Pusat Kontrol Operasi di Depo Moda MRT Jakarta, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada Jumat (2/9). Foto: Dok. Pemprov DKI Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Kereta MRT di Pusat Kontrol Operasi di Depo Moda MRT Jakarta, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada Jumat (2/9). Foto: Dok. Pemprov DKI Jakarta
ADVERTISEMENT
MRT Jakarta berhasil dibangun dan bisa dinikmati warga sejak 2019 lalu. Pembangunan MRT tak semulus yang dibayangkan, perlu waktu puluhan tahun untuk bisa mewujudkan MRT Jakarta.
ADVERTISEMENT
Dicetuskan pada 1986, pembangunan MRT baru resmi dilakukan pada 2013. Butuh waktu 2 tahun untuk kemudian dilakukan pengeboran jalur bawah tanah pertama pada September 2015. Berjalan 3 tahun, satu per satu kereta MRT akhirnya tiba di Jakarta. Sampai akhirnya resmi berjalan massal pada 2019.
Penumpang duduk di bangku yang telah diberi stiker panduan jarak antarpenumpang di rangkaian gerbong kereta MRT, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Kehadiran MRT menjadi wajah baru bagi transportasi di Jakarta. Bukan hanya kereta yang modern, fasilitas penunjang seperti stasiun juga didesain sebagus dan senyaman mungkin bagi warga di Jakarta.
Kehadiran MRT untuk memfasilitasi angkutan massal di Ibu Kota. Sehingga penggunaan kendaraan pribadi bisa ditekan dan Jakarta bisa menjadi kota yang ideal untuk beraktivitas.
MRT melintas di Stasiun MRT Asean, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Foto: Helmi Afandi/kumparan
Di luar persoalan transportasi, kehadiran MRT Jakarta juga menghadirkan budaya baru dalam menggunakan transportasi publik. Sebut saja soal budaya antre sejak di eskalator hingga saat akan masuk dan keluar dari gerbong MRT.
ADVERTISEMENT
Butuh waktu memang untuk membiasakan warga dengan budaya dan pola yang baru ini. Tapi, dengan cepat budaya antre itu bisa melekat di pribadi para penggunanya.

Rekonsiliasi

Pertemuan kandidat Presiden Indonesia Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Stasiun MRT Jakarta pada 13 Juli 2019. Foto: AFP/Chicarito
Tak cukup sampai di situ. MRT juga hadir dalam peristiwa politik penting di negeri ini.
Masih ingat 2019, usai Pilpres digelar dengan kemenangan Jokowi di periode keduanya sebagai presiden, MRT menjadi sarana "rekonsiliasi" rivalnya di Pilpres 2019, Prabowo Subianto. MRT menjadi tempat keduanya bertemu kembali dengan obrolan yang sangat hangat.
Pertemuan kandidat Presiden Indonesia Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Stasiun MRT Jakarta pada 13 Juli 2019. Foto: AFP/Sagara
Pertemuan keduanya bermula di Stasiun MRT Lebak Bulus sampai ke Stasiun MRT Senayan. Jokowi saat itu beralasan, MRT dipilih sebagai tempat pertemuan karena Prabowo belum pernah menjajal kereta baru di Jakarta.
"Kita mencoba naik MRT dan saya tahu Pak Prabowo belum pernah coba MRT," ungkap Jokowi di FX Sudirman, Jakarta, Sabtu (13/7/2019).
ADVERTISEMENT
Prabowo lalu menjawab. "Saya memang belum pernah naik MRT, jadi saya terima kasih Pak sudah naik MRT," timpalnya.
Pertemuan kandidat Presiden Indonesia Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Stasiun MRT Jakarta pada 13 Juli 2019. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro
Kursi MRT yang baru diresmikan itu menjadi saksi bisu pertemuan Jokowi dan Prabowo setelah menjadi rival.
Pertemuan itu menjadi simbol besar perdamaian setelah Pilpres selesai. Bahkan, saat ini Prabowo ada di dalam kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.

Sepeda

Sejumlah penumpang membawa sepeda non-lipat menuruni tangga di Stasiun MRT Bunderan HI, Jakarta, Minggu (28/3/2021). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
Saat awal beroperasi, MRT memang diproyeksikan untuk transportasi orang saja. Tapi, seiring berjalannya waktu dan pandemi corona, MRT juga bisa dipakai untuk membawa sepeda.
Ehm, tak main-main, sepeda yang diizinkan masuk semua jenis termasuk sepeda nonlipat.
Anies Riza naik MRT bawa sepeda nonlipat. Foto: Instagram/@arizapatria
PT MRT bahkan melengkapi fasilitas di stasiun dengan tangga khusus menaikkan sepeda. Ada tambahan besi yang bisa dipakai untuk dilintasi sepeda sambil yang punya mendorongnya melewati tangga.
ADVERTISEMENT
Bahkan, ada gerbong khusus untuk penumpang yang membawa sepeda nonlipat. Ini dilakukan agar tak mengganggu penumpang lainnya.