Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
TransJ: Pembangunan Koridor 13 yang Dikritik Anies Urusan Bina Marga
22 Desember 2017 19:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengkritik pembangunan koridor 13 TransJakarta. Ia menyebut, koridor yang dibangun pada masa pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) itu sebagai contoh pembangunan infrastruktur transportasi yang tak memikirkan integrasi antamoda.
ADVERTISEMENT
Saat dikonfirmasi terkait kritikan Anies tersebut, Humas TransJakarta Wibowo mengatakan, PT TransJakarta tak bertanggung jawab soal pembangunan halte TransJ yang jauh dari stasiun Kebayoran Lama.
"Itu Bina Marga, kalau TransJakarta itu yang dimintakan itu haltenya itu gimana sih yang TransJakarta? Oh, kita sistemnya automatic door, terus kacanya tempered, terus letakya di mana, untuk perencanaan (integrasi) itu Bina Marga," kata Bowo ketika dihubungi, Jumat, (22/12).
Bowo mengatakan PT TransJakarta hanya bertugas sebagai operator saja. "Iya, tepatnya mereka sih, kita kan hanya sebagai operator aja," kata Bowo.
Dia menyebutkan untuk sementara ini memang belum ada cara untuk bisa memecahkan masalah integrasi antarmoda di Koridor 13 seperti yang dikatakan Anies.
ADVERTISEMENT
"Bentuk integrasi seperti apa, apa nanti dibikin shuttle bus bisa, tapi untuk menyambungkan (halte dengan stasiun) itu memang butuh perencanaan matang," ujar Bowo.
Sementara itu, pihak Bina Marga masih belum bisa dihubungi terkait hal ini.
Sebelumnya, Anies mengkritik pembangunan koridor 13 yang menghubungkan Ciledug-Tendean karena tidak terintegrasi dengan kereta api. Anies menyampaikan hal itu saat menjajal commuter line dari Stasiun Kebayoran Lama. Halte terdekat dengan stasiun berada di Pasar Kebayoran Lama yang berjarak sekitar 15 menit jalan kaki.
Perencanaan Koridor 13 telah direncanakan sejak tahun zaman pemerintahan Sutiyoso. Namun, pembangunannya dimulai pada pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama. Terdapat 13 halte di sepanjang koridor tersebut. Koridor ini terkenal dengan halte CSW yang sangat tinggi dan belum berfungsi karena tak kunjung dibangun lift.
ADVERTISEMENT