Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sebelum menyampaikan closing statement, kandidat no 01 Joko Widodo dan no 02 Prabowo Subianto beradu argumen dalam debat terbuka putaran kedua.
ADVERTISEMENT
Prabowo melemparkan isu pertahanan nasional terkait pengelolaan bandara yang melibatkan pihak asing. Sementara itu, Jokowi mengangkat isu Rohingya di Myanmar.
Berikut transkrip lengkap sesi debat terbuka dalam tema pertahanan dan hubungan internasional dari bahasakita.co.id.
Zulfikar Naghi:
Kesempatan pertama saya berikan kepada calon presiden nomor urut 02 Bapak Prabowo Subianto untuk bertanya. Waktunya 2 menit dan dimulai ketika Bapak berbicara silakan.
Prabowo Subianto:
Pak Jokowi yang saya hormati dan saya banggakan, kita paham dan kita mengerti bahwa tugas pemerintah utama adalah melindungi segenap tumpah darah bangsa kita.
Ada satu hal yang merisaukan dan mengganjal di banyak warga negara Pak, dalam suatu tinjauan strategis tentang core national interest suatu bangsa. Kepentingan nasional yang utama adalah keutuhan wilayah kedaulatan teritorial.
ADVERTISEMENT
Pandangan itu secara strategis pertahanan keamanan sedikit negara di dunia yang mengizinkan pelabuhan-pelabuhan, lapangan-lapangan terbang, dan bandara-bandara dioperate oleh pihak asing Pak.
Bukan kita anti-asing, ini menyangkut national security, kedaulatan nasional, kami kuatir kalau semua pelabuhan dan bandara dioperate oleh perusahaan asing. Suatu saat jika kepentingan nasional kita tidak cocok bisa ditutup pak.
Pelabuhan dan bandara adalah saluran nafas suatu bangsa. Kami di tentara dilatih untuk mengamankan objek vital strategis dan dalam setiap latihan perang sasarannya selalu objek vital apakah itu pelabuhan, bandara, stasiun kereta api ataupun persimpangan jalan.
Tapi pemerintah Bapak terlalu banyak mengizinkan perusahaan asing untuk mengoperate.
Zulfikar Naghi:
Terima kasih Bapak Prabowo Subianto waktunya sudah habis. Silakan Bapak Joko Widodo untuk menjawab. Waktunya masih sama bapak 2 menit kami persilakan.
ADVERTISEMENT
Joko Widodo:
Saya melihat Pak Prabowo ini terlalu sangat kuatir. Sebetulnya negara lain juga melakukan, karena anggaran kita yang terbatas, tentu saja kita mengundang investasi untuk berinvestasi di indonesia. Tetapi dalam hal menyangkut kedaulatan, tidak akan kita berikan satu senti pun kedaulatan kita kepada negara lain.
Tetapi ini adalah sesuatu yang berbeda. Ini adalah investasi yang dilakukan oleh perusahaan bukan oleh sebuah negara. Oleh sebab itu negara-negara lain, juga semuanya melakukan itu dan tidak pernah ada masalah. Saya untuk hal-hal yang tertentu saja atau hal yang sangat strategis.
Misalnya yang berkaitan dengan pembangunan alutsista, nah itu kita mungkin harus lebih hati-hati. yang berkaitan dengan radar udara kita harus hati-hati, atau yang berkait dengan radar maritim kita, kita harus hati-hati.
ADVERTISEMENT
Tetapi kalau untuk bandara dan pelabuhan, saya kira semua negara juga melakukan hal yang sama dan tidak ada masalah. Paling penting menurut saya pengelolaan itu ada di dalam manajemen kita. Ada di dalam manajemen kita mengendalikan bahwa itu berpartner, saya kira itu. Buat kami tidak ada masalah.
Nyatanya saya berikan contoh, Freeport bertahun tahun kita hanya dapat 9 persen kita enggak ada masalah. Setelah kita ambil menjadi 51 persen ya kita bisa ikut dalam mengelola tambang yang ada di Freeport itu.
Zulfikar Naghi:
Baik terima kasih Bapak Joko Widodo waktunya sudah habis silakan duduk kembali, dan saya persilakan kepada Bapak Prabowo untuk menanggapi, waktunya sama bapak 2 menit.
Prabowo Subianto:
ADVERTISEMENT
Maaf Pak Jokowi, karena Pak Jokowi ini sahabat saya jadi saya, ini pembantu-pembantu Bapak Pak banyak yang kasih keterangannya yang menurut saya tidak tepat, menyesatkan. Jadi masalah bandara, masalah itu bagi kami dalam strategi perang, itumasalah strategic pak. Bukan masalah dagang, bukan masalah ekonomi, masalah strategik.
Waktu kita masih miskin di GDP GDP, kita mungkin terendah di Asia. Bung Karno membuat angkatan perang yang terkuat di Asia Tenggara bukan untuk gagah-gagahan, karena bagi Bung Karno kemerdekaan adalah segala-galanya.
Pelabuhan dan bandara bukan masalah ekonomi semata-mata. Bukan masalah dagang, masalah keamanan nasional kita tentara dulu diperintahkan untuk mati merebut lapangan udara. Mati merebut lapangan udara kok dengan gampang kita kasih.
ADVERTISEMENT
Mau perusahaan swasta asing tetap kami tidak bisa terima kalau itu dikelola oleh asing Pak, dengan segala hormat. Kedua soal Freeport, ya memang sudah sesuai kontrak itu harus jatuh ke kita tapi Bapak sadar enggak bahwa Freeport sendiri, perusahaan itu melaporkan di New York Stock Exchange bahwa benefitnya adalah 81 persen ke mereka.
Jadi 51 persen saham itu mungkin ya agak eto-eto pak. Itu laporan mereka sendiri di New York Securities Exchange Commision. Jadi.
Zulfikar Naghi:
Terima kasih Bapak Prabowo Subianto waktunya sudah habis.
Retno Pinasti:
Kami mohon tenang.
Zulfikar Naghi:
Silakan kembali ditanggapi Bapak Jokowi waktunya masih sama 2 menit bapak silakan
Joko Widodo:
Kalau menurut saya, misalnya itu pelabuhan untuk angkatan laut kita diberikan kepada asing, itu yang tidak betul ataupun bandara, misalnya bandara di Madiun yang dipakai untuk menyimpan pesawat-pesawat kita, di situ kemudian kita berikan kepada asing, itu yang tidakbetul. Tetapi kalau airport-airport komersial, pelabuhan-pelabuhan komersial, mengapa tidak.
ADVERTISEMENT
Itu juga dikelola oleh Pelindo, mayoritas masih dikelola oleh Pelindo. Airport kita mayoritas juga masih dikelola oleh Angkasa Pura, jadi menurut saya dalam hal untuk transfer of knowledge, transfer of technology, transfer of management, transfer of system kenapa tidak kita berpartner dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki kemampuan manajemen yang lebih baik.
Tetapi yang kita berikan sekali lagi bukan bandara-bandara yang strategis, yang dipakai oleh angkatan udara kita, yang dipakai oleh angkatan laut kita, atau yang dipakai oleh angkatan darat kita.
Saya kira ini sangat berbeda sekali Pak pandangan kita dan tadi investasi-investasi seperti itu masih kita perlukan dalam rangka membangun infrastruktur di negara kita yang sangat ketinggalan dari negara-negara lain, sebab stok infrastruktur kita ini masih 37 persen sangat jauh sehingga biaya transportasi, biaya logistik kita menjadi sangat tinggi sekali, dibandingkan Singapura dan Malaysia 2,5 kali lipat ini jadi larinya ke ekonomi, tapi ya itulah fakta yang harus saya sampaikan pada malam hari ini terima kasih.
ADVERTISEMENT
Zulfikar Naghi:
Terima kasih bapak. Baik, boleh tenang.
Retno Pinasih:
Cukup, terima kasih putaran ketiga untuk debat terbuka di segmen ini sudah kita lakukan dan kita akan bergeser ke sesi debat terbuka untuk putaran keempat, untuk itu langsung saja saya beri kesempatan untuk capres nomor urut 01, Bapak Joko Widodo untuk bertanya. Waktunya masih sama Bapak 2 menit dan akan dimulai ketika Bapak berbicara, silakan Bapak .
Joko Widodo:
Di bidang politik luar negeri, pertanyaan saya apa pandangan Bapak mengenai konflik di Rakhine State?
Zulfikar Naghi:
Waktunya masih ada Pak Jokowi cukup? Baik terima kasih langsung saja akan dijawab oleh capres nomor urut 02, Bapak Prabowo Subianto waktunya juga sama bapak 2 menit dan akan dimulai ketika bapak berbicara silakan.
ADVERTISEMENT
Prabowo Subianto:
Bapak maksud Rakhine State di Myanmar. Jadi kita prihatin dengan apa yang terjadi kepada masyarakat Rohingya. Ini juga oleh PBB sudah ditegur berkali-kali pemerintah Myanmar.
Kita ada masalah karena kita terikat dalam perhimpunan ASEAN di mana ASEAN selalu mengutamakan menghormati kedaulatan masing-masing negara, urusan dalam negeri masing masing negara.
Tetapi tentunya kalau PBB saja sudah menilai bahwa di situ ada kemungkinan genosida, genocide, atau ethnic cleansing. Saya kira ini menjadi masalah yang sangat sangat mengusik kita. Jadi kita perlu menggunakan pengaruh kita, kita bersahabat sama Myanmar tapi kita perlu yakinkan mereka untuk segera menghentikan perlakuan yang tidak adil terhadap Rohingya apalagi yang merupakan pelanggaran hak asasi yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Tapi sekali lagi bobot kita selalu akan dinilai kalau kita tidak bisa mengurus rakyat kita sendiri, kalau di Indonesia masih banyak yang lapar dan miskin kok kita mau ngajarin orang lain. Satu lagi, kalau kita tidak punya kekuatan, ya paling kita bisa hanya memberi saran dan memberi peringatan.
Kita sangat prihatin, kita mengutuk tindakan-tindakan itu, tapi ya kita kasihan kita terikat dan kita menghormati kedaulatan masing-masing negara.
Zulfikar Naghi:
Terima kasih Bapak Prabowo Subianto waktunya sudah habis, cukup bapak waktunya sudah habis terima kasih. Silakan langsung saja ditanggapi oleh Bapak Jokowi waktunya juga masih sama bapak 2 menit dan akan dimulai ketika Bapak berbicara silakan.
Joko Widodo:
Ya ini konflik di Rakhine State adalah sebuah konflik yang sudah sangat lama dan juga sulit mencarikan solusinya. Tetapi alhamdulillah kita diberi kepercayaan saat itu oleh Sekjen PBB Bapak Antonio Guterres untuk menjembatani agar ada dari tim kita yang bisa masuk ke Rakhine State untuk melihat langsung sebenarnya kondisi di sana seperti apa.
ADVERTISEMENT
Menteri luar negeri kita juga telah ke sana dan saya sendiri telah datang ke Cox's Bazar di Bangladesh untuk melihat kondisi pengungsi masyarakat muslim saudara kita muslim yang ada di sana. Lebih dari 1,1 juta masyarakat muslim yang mengungsi di Cox's Bazar dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Itulah yang mungkin sudah 3 kali saya sampaikan di dalam forum ASEAN, untuk kita bersama-sama anggota ASEAN ini memberikan bantuan mencarikan solusi bagi saudara-saudara kita muslim Rohingya yang ada di Cox's Bazar, yang kita lihat isinya betul-betul hidup di tenda tenda dan betul betul sangat memprihatinkan.
Dan alhamdulillah, desakan kita tekanan kita terhadap pemerintah Myanmar untuk segera menyelesaikan repatriasi di Cox's Bazar untuk kembali lagi ke rakhine state itu mulai memberikan hasil, tetapi ke depan saya kira proses-proses menjembatani seperti inilah yang ingin kita perankan dalam rangka ikut dalam perdamaian dunia.
ADVERTISEMENT
Zulfikar Naghi:
Terima kasih waktunya habis Bapak Jokowi. Silakan langsung ditanggapi Bapak Prabowo. Mohon tenang silakan langsung ditanggapi Bapak Prabowo waktunya juga masih sama dua menit, silakan.
Prabowo Subianto:
Bapak baik sekali lagi saya menegaskan di sini bahwa kalau kita menjadi mediator itu itu baik-baik saja ya kan. Kita menjadi nice guy untuk mendamaikan mediator dan sebagainya itu tidak masalah itu saya juga mengakui itu mungkin prestasi pemerintahan Bapak ya.
Tetapi saya kembali menganggap ada hal yang mungkin Bapak tidak merasakan bahwa sebenarnya kita tidak terlalu dihormati Pak di luar indonesia. Kita tidak terlalu dihormati karena mereka tahu Indonesia ini ya selalu hutang banyak, mata uang lemah, ya kan, import makan. Negara agraris import makan luar biasa dimana kita dihormati.
ADVERTISEMENT
Maaf Bapak pemerintah ya pasti protokol yang jemput, kita rakyat biasa kita tidak dihormati di ASEAN, kita tidak dihormati oleh komunitas wartawan asing di Jakarta they always say Indonesia is a nation of great potential and will always be a nation of great potential. Indonesia negara yang akan punya yang punya potensi besar dan selalu akan punya potensi besar, itu ejekan mereka kepada kita.
Jadi kalau kita mau jadi nice guy mediator, monggo, saya berjuang agar Indonesia dihormati, indonesia kuat, Indonesia berdiri di atas kaki kita sendiri, indonesia mensejahterakan rakyatnya, dihormati karena rakyatnya sejahtera bukan karena rakyatnya miskin. Kita tidak akan import bahan makanan dari luar negeri, itu Prabowo Sandi. Terima kasih.
ADVERTISEMENT
Zulfikar Naghi:
Terima kasih bapak waktu sudah habis boleh kita berikan apresiasi untuk kedua pendukung 02 ada juga 01, boleh memberikan apresiasinya silahkan, boleh tepuk tangan.