Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Trauma Dwiki Korban Bom Thamrin : Saya Takut Lihat Orang Bawa Ransel
14 Januari 2017 13:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
![Ungkapan duka cita untuk korban bom Thamrin (Foto: Beawiharta/reuters)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1484374710/mgsal8mxcpvkbfn54cwc.jpg)
Tragedi bom Thamrin setahun lalu menyisakan banyak kenangan pahit bagi para korbannya. Tak hanya luka fisik, kejadian mencekam itu juga membuat trauma para korbannya. Dwiki Siti Romdoni atau yang akrab disapa Dwiki, adalah salah satu korban bom di Thamrin pada Kamis (14/1/2016) siang itu.
ADVERTISEMENT
![Dwiki korban bom Thamrin. (Foto: Istimewa)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1484375744/ettjnkkiepaovqhhavqx.jpg)
Hari itu, Dwiki (33) sedang meeting dengan beberapa rekan kerjanya di kafe Starbucks, Thamrin, Jakarta Pusat. Belum lama mereka bercengkrama, tiba-tiba suara ledakan besar terdengar. “Baru 15 menit saya disitu, tiba-tiba ada suara ledakan. Lalu saya liat kaca-kaca pecah, saya kebingungan,” ujar Dwiki, saat dihubungi kumparan, Sabtu (14/1).
Dwiki yang panik langsung duduk di bawah kolong meja. Dari balik kaki-kaki meja, Dwiki menyaksikan beberapa pengunjung Starbucks berlarian menyelamatkan diri dengan badan penuh luka.
Tak lama setelah itu, ledakan kedua terdengar. Dwiki yang meringkuk ketakutan akhirnya memberanikan diri keluar dari ‘persembunyiannya’ dengan merangkak. Malangnya, leher Dwiki tertimpa puing gedung yang hancur.
“Setelah dengar ledakan kedua, saya berani kabur dari gedung, tapi masih merangkak gak berani berdiri, karena pandangan kabur dan pendengaran juga mulai berkurang. Itu karena leher saya sakit tertimpa benda,” kenangnya.
ADVERTISEMENT
![Pos polisi yang diserang dalam aksi bom Thamrin (Foto: Gunawan Kartapranata/wikimedia commons)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1484372123/mgkq7ajgtml4mnwldpnv.jpg)
Dengan penglihatan dan pendengaran yang terbatas, Dwiki merangkak menuju pinggir gedung kafe dan melompat dari dinding kaca yang hanya tinggal bingkainya saja.
“Dari posisi merangkak, tangan kiri saya meraih pinggir kerangka dinding itu. Lalu saya bangun dan lompat ke bawah. Ternyata di bawah situ sudah banyak orang berdarah,” katanya.
Setelah berhasil keluar dari gedung, salah seorang teman Dwiki membantunya naik ke mobil taksi. Dada sebelah kiri dan kakinya penuh luka memar.
“Saya sudah lemas waktu itu, cuma bisa berbaring. Terus ada teman saya yang narik kaki saya, dia bawa masuk saya ke mobil taksi dan saya dibawa ke rumah sakit YPK Mandiri,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
![Dwiki korban bom Thamrin saat di rumah sakit. (Foto: Istimewa)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1484376000/pngunuoodxkdhgccb3wj.jpg)
Di rumah sakit, Dwiki tidak bisa bicara sepatah kata pun sekitar satu jam. Ia hanya bisa menangis dengan tubuh gemetar.
Setelah diberi obat penenang oleh petugas kesehatan setempat, Dwiki baru bisa bersuara kembali. "Saya dikasih obat maaf dimasukan lewat lubang dubur, setelah 15 menit dikasih obat, bereaksi, dan baru saya bisa cerita saya," katanya.
Hingga saat ini, Dwiki mengaku masih sering menderita sakit yang cukup parah di kepala, leher, dan tulang belakang. Penglihatannya juga tak seperti dulu lagi.
"Kalau saya lagi kecapekan biasanya saya demam tinggi dan tulang belakang saya sakit panas luar biasa. Bahkan saya sering pingsan, terakhir Oktober lalu. Penglihatan saya juga kabur enggak jelas sekarang kalau melihat," ujar Dwiki.
ADVERTISEMENT
Dwiki masih menjalani Fisioterapi untuk mengobati kesakitannya tersebut. "Kalau di fisoterapi itu tulang belakang saya seperti dipanasin gitu kemudian dilaser karena masih ada bagian tulang belakang yang kaku. Ya membaik sejak dilakukan fisioterapi itu," katanya.
Tak hanya luka fisiknya, semakin hari trauma yang dialami Dwiki pun terus berangsur membaik. Ia bahkan mengaku sudah ikhlas dengan peristiwa itu.
"Awalnya tidak terima tapi dengan konseling dengan psikolog, akhrinya coba iklhas, menganggap ini takdir," kata Dwiki.
Meski demikian, Dwiki bercerita ia masih sering takut jika melihat seseorang membawa tas ransel.
ADVERTISEMENT
Dwiki saat ini aktif sebagai Humas di komunitas Sahabat Thamin. Sebuah komunitas yang beranggotakan beberapa korban selamat dari tragedi bom Thamrin. Di komunitas itu, para korban saling menyemangati untuk kesembuhan luka fisik dan trauma psikis mereka akibat kejadian itu.