news-card-video
13 Ramadhan 1446 HKamis, 13 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Trump Bakal Tahan 30 Ribu Imigran Ilegal di Penjara Guantanamo

30 Januari 2025 10:14 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (21/1/2025). Foto: Jim Watson/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (21/1/2025). Foto: Jim Watson/AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berencana menahan 30 ribu imigran ilegal di penjara Guantanamo. Tempat itu dikenal sebagai detensi bagi pelaku terorisme.
ADVERTISEMENT
Lewat pernyataan pada Rabu (30/1), Trump menyebut setelah meneken sebuah perpres, dirinya meminta Kementerian Pertahanan dan Keamanan Dalam Negeri segera mempersiapkan ruangan untuk menahan puluhan ribu imigran ilegal itu.
“Kami memiliki 30.000 tempat tidur di Guantanamo untuk menahan para imigran gelap kriminal terburuk yang mengancam rakyat Amerika,” ucap Trump di Gedung Putih seperti dikutip dari Reuters.
Penjara Guantanamo Foto: AP Photo/Brennan Linsley
“Beberapa dari mereka sangat jahat sehingga kami bahkan tidak mempercayai negara-negara (lain) untuk menahan mereka, karena kami tidak ingin mereka datang lagi,” kata Trump.
Trump menambahkan, Guantanamo adalah tempat yang tepat lantaran sulit untuk ditembus para napi untuk kabur. Ia pun percaya dengan keputusan itu maka AS bebas dari kejahatan yang dilakukan para imigran ilegal.
ADVERTISEMENT
Adapun keberadaan penjara Guantanamo di Kuba menjadi pro-kontra. Beberapa tahanan di sana tidak pernah didakwa.
Sejumlah tahanan di sana adalah milisi yang ditangkap pada operasi militer AS di Irak dan Afghanistan. Pada puncaknya 800 orang napi pernah ditahan Guantanamo.
Kesaksian beberapa napi yang pernah ditahan di Guantanamo, pejabat AS kerap melakukan penyiksaan dan pelecehan di penjara tersebut.