Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Trump Bakal Tutup USAID, Apa Dampak yang Mengancam Indonesia?
4 Februari 2025 11:00 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menghentikan aliran dana bantuan luar negeri selama 90 hari sedikit banyak memengaruhi dunia, tak terkecuali Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selama ini, Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) bekerja sama erat dengan Kementerian Kesehatan RI dan sejumlah organisasi kesehatan. Menurut Direktur Departemen Efisiensi Pemerintah AS, Elon Musk, USAID akan ditutup Trump.
Bantuan AS melalui badan independen itu berperan dalam berbagai sektor, dari kesehatan ibu dan bayi hingga kesiapsiagaan bencana.
Mengutip Guardian, USAID mengalokasikan USD 153 juta (sekitar Rp 2,5 triliun) untuk proyek di Indonesia pada 2023.
Dana itu mencakup kebutuhan program demokrasi, antikorupsi, lingkungan, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Dampak bagi Kesehatan Ibu dan Bayi
USAID melalui program MCGL (Momentum Negara dan Kepemimpinan Global) membantu meningkatkan layanan kesehatan primer di Indonesia.
Dirangkum dari laporan OCHA (Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan), salah satu hasil program tersebut menunjukkan angka kematian ibu akibat komplikasi persalinan menurun dari 1,23 persen pada 2021 menjadi 0,46 persen pada 2023.
ADVERTISEMENT
Program itu juga memperkuat 341 fasilitas kesehatan dan meningkatkan kapasitas 8.529 tenaga medis.
Hingga 2026, USAID menargetkan dukungan ke 241 puskesmas, 260 puskesmas pembantu, dan 1.391 posyandu di Indonesia.
Pengawasan Penyakit dan Kesiapsiagaan Bencana
Ada pula program USAID CP3 yang dijalankan bersama Palang Merah Indonesia (PMI) dan IFRC (Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah).
Program ini memperkuat deteksi dini penyakit dan respons epidemi. Selain itu, hasilnya mencakup:
ADVERTISEMENT
Bantuan Transformasi Sistem Kesehatan Primer
Pada 2023, USAID juga membantu transformasi sistem kesehatan Indonesia hingga pemulihan pascapandemi.
Saat itu, Assistant Administrator for Global Health USAID, Atul Gawande, mengatakan Indonesia masuk dalam tujuh negara prioritas USAID untuk memperkuat perawatan kesehatan primernya.
"Indonesia melakukan sejumlah hal luar biasa dalam hal meningkatkan sistem perawatan kesehatan. Dan salah satu hal terbesar adalah membuat reorientasi besar dari sistem perawatan kesehatan menuju perawatan primer," tutur Gawande kepada kumparan.
"Masyarakat lebih sering memasukkan sebagian alokasi dana ke rumah sakit dan perawatan khusus, tapi yang dibutuhkan banyak orang untuk panjang umur adalah ada pada tingkat kesehatan perawatan primer. Indonesia saat ini sudah membuat investasi besar dan melipatgandakan alokasi dana pada perawatan kesehatan primer sebanyak 25 persen dari anggaran kesehatan dan akan naik menjadi 50 persen pada 2025," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Wamenkes: APBN Kita Sudah Cukup
Menanggapi kebijakan baru Trump, Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono, tak memungkiri bahwa bantuan dari USAID akan menurun.
Namun, menurutnya APBN dipastikan masih cukup untuk menangani kesehatan di Indonesia.
"Ya, nanti beberapa misalnya bantuan seperti USAID mungkin akan turun (jumlahnya). Tapi kita kan tidak tidak saja mendapatkan dana dari hibah. APBN kita sudah cukup untuk melakukan penanganan kesehatan di Indonesia," kata Dante ditemui di Kelurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Jumat (31/1).
Dante mencontohkan untuk penanganan tuberkulosis (TB), Presiden Prabowo Subianto telah mengalokasikan dana khusus sehingga tak membutuhkan hibah dari luar negeri.
"Walaupun hibah dari luar negeri ini juga akan kita terima. Dari Global Fund sendiri yang akan yang sudah memberikan hibah kepada Indonesia sebanyak USD 308 juta (sekitar Rp 5 triliun) itu tidak terpengaruh oleh policy dari Presiden Trump," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Lanjutnya kontribusi dari pasokan AS untuk obat-obat HIV, tuberkulosis, dan malaria di Indonesia juga tidak cukup banyak.
Menurutnya untuk TB, telah disiapkan Rp 500 miliar dari APBN. Jumlah itu juga akan meningkat.
"Kalau nanti quick win Pak Presiden kita jalankan mungkin kita akan butuh sekitar Rp 1 triliun untuk membeli obat TBC, dan itu sama sekali bukan dari bantuan dari luar negeri," tegasnya.
"Jadi, kita tidak tidak terpengaruh oleh apa kebijakan yang dilakukan oleh Amerika. Kita sudah bisa mandiri untuk melakukan pengentasan TB, baik evaluasi, kemudian pengorganisasian, serta yang paling penting adalah pemberian obat," jelasnya.
Untuk penyakit lain, Dante mengatakan juga tak terpengaruh dengan kebijakan Trump. Dana dari Global Fund bisa untuk HIV dan Malaria.
ADVERTISEMENT