Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Trump dan Putin Sepakat Gencatan Senjata demi Infrastruktur Energi Rusia-Ukraina
19 Maret 2025 10:44 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk segera menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi dalam perang dengan Ukraina. Namun, Putin tidak mendukung jeda pertempuran 30 hari yang didesak AS.
ADVERTISEMENT
Gedung Putih menggambarkan pembicaraan antara Trump dan Putin sebagai langkah pertama menuju perdamaian. Diharapkan kesepakatan gencatan senjata dapat mencakup gencatan senjata maritim di Laut Hitam, yang kemudian berujung pada mengakhiri pertempuran secara penuh.
Namun, tidak lama setelah sambungan telepon antara Trump dan Putin berakhir, peringatan serangan udara berbunyi di Kiev dan diikuti ledakan di kota itu. Pejabat setempat mendesak warga untuk mencari tempat perlindungan.
Trump menyambut baik percakapannya dengan Putin, menyebutnya sebagai langkah besar menuju mengakhiri perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
"Kami sepakat untuk gencatan senjata segera di semua infrastruktur energi, dengan memahami bahwa kami akan segera bekerja untuk gencatan senjata menyeluruh dan pada akhirnya mengakhiri perang yang sangat mengerikan antara Rusia dan Ukraina," kata Trump di media sosial, dikutip dari AP, Rabu (19/3).
Putin juga mengatakan kepada Trump bahwa Rusia dan Ukraina akan menukar 175 tahanan perang pada Rabu, dan Rusia akan menyerahkan 23 prajurit yang terluka parah kepada Ukraina.
ADVERTISEMENT
Gencatan senjata terbatas ini terjadi karena Trump masih berharap Rusia dapat menyetujui proposal gencatan senjata 30 hari yang bertujuan mengakhiri invasi Rusia di Ukraina. Proposal gencatan 30 hari ini disetujui Ukraina dalam pembicaraan di Arab Saudi yang dipimpin Menlu AAS Marco Rubio minggu lalu.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan negaranya terbuka dengan proposal apa pun yang menuju pada perdamaian berkelanjutan. Namun, dia menegaskan pentingnya transparansi penuh dalam pembicaraan itu.
Zelensky sedang mencari detail apa yang disepakati Putin dan Trump, dan menolak permintaan Putin untuk menghentikan bantuan militer dan pembagian intelijen ke Ukraina karena langkah itu akan melemahkan Ukraina.
"Kita harus memahami apa yang sedang dibicarakan, apa detailnya. Kami berharap dapat diberikan informasi lengkap dan mitra kami akan mendiskusikan semuanya dengan kami," kata Zelensky.
"Ada dua sisi dalam perang ini, Rusia dan Ukraina. Dalam pandangan saya, mencoba bernegosiasi tanpa Ukraina tidak akan produktif," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Zelensky kembali menyatakan keraguannya Putin serius menginginkan perdamaian.
"Ini bukan permainan di mana hanya Putin yang mendikte aturan," ungkapnya.
Sebelumnya, Trump mengatakan Washington dan Moskow telah mulai membahas pembagian aset tertentu antara Ukraina dan Rusia sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri konflik.
Sebelum berbicara dengan Putin, Trump mengatakan kendali atas tanah dan pembangkit listrik akan menjadi bagian pembicaraan. Sebagaimana diketahui, Rusia mencaplok Krimea 11 tahun yang lalu.
Namun, baik Gedung Putih dan Kremlin tidak menyinggung soal pembagian tanah atau pembangkit listrik dalam pernyataan pasca komunikasi kedua pemimpin.