Trump dan Zelensky Kembali Bertikai, Ukraina Tolak Akui Krimea Milik Rusia

24 April 2025 10:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbincang dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat melakukan pertemuan kenegaraan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (28/2/2025). Foto: Saul Loeb/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbincang dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat melakukan pertemuan kenegaraan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Jumat (28/2/2025). Foto: Saul Loeb/AFP
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi Donald Trump dan Volodymyr Zelensky bersitegang. Bagaimana cara mengakhiri perang Ukraina jadi pangkal persoalan.
ADVERTISEMENT
Lewat saling lempar pernyataan pada Rabu (23/4), Presiden AS mempermasalahkan penolakan Zelensky mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia.
Krimea dicaplok Rusia pada 2014, jauh sebelum perang pecah tapi menjadi pemicu ketegangan besar antara dua negara pecahan Uni Soviet itu. Dalam proposal perdamaian yang diajukan, AS meminta Ukraina mengakui Krimea.
Anggota militer Rusia di Krimea. Foto: Alexey Malgavko/REUTERS
Menurut Presiden Zelensky, sampai kapan pun Ukraina tidak akan mengakui Krime sebagai bagian dari Rusia. Pencaplokan Krimea menuai kecaman dari dunia internasional.
“Tak ada perundingan mengenai itu di sini. Ini bertentangan dengan konstitusi kami,” kata Zelensky seperti dikutip dari Reuters.
Zelensky kemudian meminta agar negara-negara dunia menghormati kebijakan Ukraina terkait Krimea. Kemudian Zelensky mengingatkan AS bahwa pada 2018 lalu AS mengutuk tindakan Rusia mencaplok Krimea.
ADVERTISEMENT
Merespons Zelensky, Trump menyebut pernyataan Presiden Ukraina itu membuat perdamaian sulit dicapai.
Peta wilayah perbatasan negara Rusia dan Ukraina. Foto: Asus/Shutterstock
Akan tetapi Trump percaya perdamaian di Ukraina masih bisa dicapai. Bahkan Trump meyakini Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai sosok cerdas.
“Kita mempunyai dua orang cerdas, dua orang kuat, dua orang cerdas untuk bersepakat. Segera setelah mereka sepakat, maka pembantaian akan berakhir,” ucap Trump.
Sementara itu, pertikaian terbuka Trump dan Zelensky pertama kali pecah pada Maret 2025 di Oval Office. Bahkan adu mulut Trump dan Zelensky dilakukan di depan awak media yang meliput pertemuan.
Ujungnya Zelensky keluar dari Gedung Putih. Perjanjian pengelolaan mineral tanah jarang yang sebelumnya dijadwalkan diteken pada pertemuan Zelensky-Trump, gagal terwujud.
ADVERTISEMENT