Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Trump Didakwa Atas Upaya Coba Batalkan Hasil Pemilu AS 2020
2 Agustus 2023 11:20 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Eks Presiden Amerika Serikat, Donald Trump , didakwa atas dugaan berupaya mensabotase hasil pemilu pada 2020 dengan berbuat curang.
ADVERTISEMENT
Adapun ini merupakan ancaman hukuman paling serius bagi seorang eks pemimpin yang sedang berkampanye untuk mencalonkan diri di pemilu mendatang.
Dikutip dari Reuters, dakwaan terhadap Trump pada Selasa (1/8) adalah yang ketiga kalinya diberikan sejak awal tahun ini.
Pada Maret 2023, Trump dijatuhi dakwaan pidana atas tuduhan pemberian uang suap kepada seorang bintang porno guna menutupi skandal perselingkuhannya menjelang pemilu
Selain itu, pada Juni 2023 lalu Trump kembali didakwa atas tuduhan penyalahgunaan dan penyimpanan dokumen rahasia negara yang memuat soal nuklir dan sistem pertahanan AS secara ilegal.
Dalam dokumen dakwaan setebal 45 halaman, seorang penasihat khusus dari Partai Demokrat Jack Smith menuding Trump berusaha mencabut hak suara pemilih AS dengan klaim palsunya, bahwa dia memenangkan pemilu November 2020.
"Tak lama setelah hari pemilihan yang jatuh pada tanggal 3 November 2020 terdakwa meluncurkan skema kriminalnya," bunyi dakwaan yang disampaikan oleh hakim agung di Washington.
ADVERTISEMENT
Dia juga dituding melakukan persekongkolan untuk menghalangi sidang gabungan Kongres pada 6 Januari 2021 yang diadakan untuk mengesahkan kemenangan Joe Biden sebagai presiden terpilih.
Dari upaya menghalangi berjalannya sidang itu, ribuan pendukung Trump mengadakan protes besar-besaran secara anarkis dan menyerbu Capitol Hill.
"Tujuan dari persekongkolan ini adalah untuk membatalkan hasil yang sah dari pemilihan presiden tahun 2020 dengan menggunakan klaim kecurangan pemilu yang disengaja," lanjut bunyi dakwaan itu.
Smith menegaskan, serangan di Capitol Hill pada 6 Januari 2021 oleh para pendukung Trump merupakan insiden yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap jantung demokrasi AS.
"Serangan itu dipicu oleh kebohongan," ujar Smith kepada para wartawan. "Kebohongan yang dilakukan oleh terdakwa bertujuan untuk menghalangi fungsi utama pemerintah AS — proses pengumpulan, penghitungan, dan pengesahan hasil pemilihan presiden," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Menurut dokumen dakwaan, terungkap bahwa bagian dari rencana pembatalan hasil pemilu ini melibatkan mantan wakil presiden, Mike Pence. Disebutkan bahwa Pence yang kala itu berperan sebagai pemimpin sidang Kongres didesak untuk membuang suara yang diperoleh dari beberapa negara bagian. Namun, Pence menolak desakan itu.
Ketika para pendukung Trump menyerbu Capitol Hill, dalam cuitan di Twitter Trump sempat menyindir keputusan Pence. Dia mengatakan, wakil presidennya tidak memiliki keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Respons Trump
Pada gilirannya, pria berusia 77 tahun itu mengecam Smith secara terang-terangan dan menyebutnya orang gila. Trump menuding Smith lagi-lagi mengeluarkan dakwaan palsu yang bertujuan untuk mengganggu dia berkampanye.
"Mengapa mereka tidak melakukan hal ini 2,5 tahun yang lalu?" tulis Trump dalam platform Truth Social miliknya. "Mengapa mereka menunggu begitu lama?" sambung dia.
ADVERTISEMENT
"Karena mereka ingin melakukannya tepat di tengah-tengah kampanye saya. Pelanggaran penuntutan!" kecam Trump.
Trump kemudian menyerang penyelidikan terhadap dirinya sebagai 'perburuan politik' oleh Kementerian Kehakiman AS. Sementara itu, tim kampanye Trump mengeluarkan pernyataan pedas — membandingkan dakwaannya dengan apa yang dilakukan oleh Nazi Jerman di tahun 1930-an.
Adapun kasus dakwaan terbaru Trump diperkirakan bakal disidangkan oleh Hakim Pengadilan Distrik AS, Tanya Chutkan, yang ditunjuk oleh eks presiden Barack Obama dari Partai Demokrat.
Belum diketahui kapan sidang Trump terkait tuduhan terbaru ini bakal dijadwalkan. Tetapi yang dapat dipastikan adalah dia bakal diadili di Florida pada Mei 2024 mendatang atas dugaan penyimpanan dan penyalahgunaan dokumen rahasia negara.